Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Ramadan, Membangun Kemesraan dalam Jamaah

29 April 2021   20:30 Diperbarui: 29 April 2021   20:36 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saudaraku yang dimuliakan Allah, marilah kita menggelorokan semangat iman dengan bersungguh-sungguh hadir dalam sholat berjamaah. Di dalam sholat jamaah akan merasakan gelora semangat yang membuat hati kita senantiasa rindu untuk berbuat baik, bisa merasakan hembusan angin kebaikan yang merasuk ke dalam tubuh kita, sehingga kitapun bersemangat menjadi orang baik. 

Apalagi pada bulan ramadhan ini, saat masjid dipenuhi jamaah, orang-orang bersemangat menghadiri tempat-tempat sholat tarawih, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan beriktikaf di masjid. Bukankah semua ini adalah suasana yang seharusnya menginspirasi untuk bebuat baik, serta membuat kita bertekad menjadi orang baik dalam kehidupan ini.

Nabi Muhammad SAW setiap kali selesai memimpin sholat, berdzikir sebentar lantas melihat ke arah jamaah, beliau ingin melihat siapa saja yang hadir dan siapa saja yang tidak hadir. Jika ada yang tidak hadir, beliau SAW akan bertanya mengapa orang tersebut tidak hadir. Seandainya penyebab ketidakhadiran itu karena sakit, beliau SAW akan menjadi orang pertama yang menjenguknya. Orang pertama yang memberikan dukungan agar yang sakit sabar dan tabah, banyak berdoa agar memperoleh kesembuhan dan kesehatan.

Bahkan saat perang sedang berkecamuk sekalipun beliau SAW tetap memerintahkan mendirikan sholat berjamaah. Mungkin kita akan bertanya mengapa pada saat perang sudah berkecamuk, saat pedang beradu dengan pedang,  pada saat pedang-pedang  kamatian bisa mengincar pada setiap detik. Masih juga diperintahkan untuk mendirikan sholat berjamaah ? 

Mengapa tidak berkosentrasi dalam medan perang, sholat berjamaah diabaikan dulu, sampai perang usai ! Dalam sholat berjamaah jika dilakukan dengan bersungguh-sungguh akan mampu membangkitkan gairah yang besar untuk berjuang, menyatukan hati dalam ikatan yang kuat. Setiap suara takbir pada gerakan sholat akan membangkitkan semangat kita bahwa Allahlah yang Maha Besar, kekuatan musuh akan terasa kecil. Menyadarkan kita bahwa, diri kita bersama Yang Maha Besar. 

Jika demikian, mengapa kita takut untuk melangkah kaki berjuang demi meraih kemenangan bersama Yang Maha Besar !?.

Sholat jamaah adalah benih bagi pohon besar bernama ukhuwah islamiah. Sebuah jalinan yang sangat kuat untuk menyatukan hati agar bisa melangkah dalam satu tekad berjuang dalam satu misi yang sama, meninggikan kalimah Allah.  Sholat berjamaah yang terkadang diabaikan, dianggap tidak penting, sebenarnya merupakan ladang penyemaian kebangkitan Islam. Sehingga setiap orang-orang yang beriman bisa membangkitkan kembali semangat hidupnya, menggairahkan kembali urat syaraf semangat beribadahnya.

Suadaraku yang telah dimuliakan hatinya oleh Allah dengan Iman dan Islam, saudaraku yang telah dimuliakan oleh Allah dengan semangat beramal dengan ikhlas dan syukur. Marilah kita merenungkan firman Allah :

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Ali 'Imran 103).

Allah telah menyatukan kita dalam nikmat Islam dan Iman, dulu bangsa Arab yang terkenal sebagai bangsa jahiliyah, yang gemar berperang antar kelompok suku dan golongan bersatu dalam panji agama Allah. Lantas mereka berkembang menjadi kelompok yang paling bergairah dalam beramar makruf nahi mungkar, salah satu pilar terpenting kebangkitan itu adalah kesungguhan mendirikan sholat berjamaah. Generasi yang paling awal dalam islam itu sangat mengutamakan sholat berjamaah, walaupun dalam keadaan perang yang paling genting sekalipun. Maka Allah memuliakan dengan kemenangan atas Romawi dan Persia, sebuah kemenangan yang ditempuh dengan cara mulia dan menghasilkan peradaban yang mulia.
Ingatlah firman Allah.

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(Ali Imron 105)

Karena sholat jamaah menjadi ladang penyemaian benih-benih ukhuwah Islam yang menjadi akar kebangkitan Islam, sehingga Nabi Muhammad SAW bersabda "Sholat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding sholat sendiri." (HR Bukhori,Muslim dan Nasai). Begitu istimewa sholat berjamaah, Allah telah memuliakan hambanya yang menghadirinya. Saudaraku, semoga Allah mengokoh hati kita dan menguatkah langkah kaki untun menuju rumahNya yang penuh barokah dan ampunan.

Saudaraku, marilah kita renungkan kisah seorang laki-laki buta yang menghadap Nabi Muhammad SAW untuk meminta keringanan untuk tidak menghadiri sholat berjamaah, karena rumahnya agak jauh dan harus melewati lembah berair, serta tidak ada orang yang mengantarkannya. Mungkin karena kasihan dengan keadaan orang tersebut, Nabi Muhammad SAW secara spontan menjawab "Ya". Beliau SAW memberikan izin untuk tidak menghadiri sholat jamaah, namun setelah la-laki buta itu berlalu nabi seolah-olah ingat sesuatu. Lantas meminta seseorang untuk memanggil laki-laki buta tadi. Kemudian  beliau SAW bertanya "Apakah masih terdengar olehmu suara adzan??" Laki-laki itu menjawab "Ya". Beliau SAW bersabda " Penuhi pangilan tadi."

Begitu pentingnya sholat berjamaah bagi Nabi Muhammad SAW  sehingga orang yang buta tanpa ada penuntun tidak diberi keringanan untuk meninggalkan sholat berjamaah ?  Para sahabat lain yang dianugrahi dengan fisik sehat, mereka senantiasa menghiasi hari-harinya dengan berjamaah. Nabi Muhammad SAW bersabda " Sholat Jamaah lebih utama 27 derajat daripada sholat sendirian. (HR Bukhori, Tirmidzi dan Nasai)"  Sholat wajib berjamaah kualitasnya bisa mencapai 27 kali lipat dari sholat sendiri. Karena dalam sholat berjamaah ada nilai-nilai agung yang tidak bisa didapatkan jika sholat sendirian.

Meninggalkan jamaah akan memperlemah iman yang ada di dada, mematikan gairah beribadah. Kisah Tsa'labah nampaknya menjadi bukti bahwa kebiasaan meninggalkan sholat berjamaah karena kesibukan mengejar materi dunia akan menjauhkan diri dari Allah dan Rasul. Tsa'labah adalah kisah unik yang membuktikan bahwa godaan terbesar bagi manusia bukan saat dia menghadapi kemiskinan tetapi saat dibukakan pintu kekayaan. Bukan kemiskinan yang menjadikan Tsa'labah jauh dari Allah tetapi jutsru kekayaan yang Allah anugrahkan kepadanya.

Tsa'labah termasuk sahabat yang serba kekurangan, bahkan dia hanya mempunyai sebuah pakaian yang layak digunakan untuk sholat. Maka setelah selesai sholat berjamaah dengan Nabi Muhammad SAW, akan segera bergegas pulang memberikan baju yang dipakai untuk sholat. Begitulah kebiasaan Tsa'labah, setelah salam dia bergegas pulang. Kebiasaan itu nampaknya diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga beliaupun menegur Tsa'labah, mengapa segera bergegas pulang usai sholat, tidak duduk dulu untuk berdzikir dulu.

Lantas Tsa'labah menceritakan keadaannya, bahwa dirinya hanya mempunyai sepotong baju yang digunakan bergantian dengan istri. Sang istri menunggu di rumah untuk memakai baju yang dikenakannya agar bisa sholat dengan  aurat secara baik dan benar. Teguran rasul SAW membuat hati Tsa'labah bergetar, dalam kemiskinan dia tetap menjadi sahabat yang setia menghadiri sholat berjamaah. Tentu saja dia ingin duduk dalam waktu yang lama di masjid, duduk bersama manusia pilihan, Rasul terakhir bagi manusia. Bermajlis bersama manusia pilihan lainnya, seperti Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Tetapi kemiskinan membuat dirinya tidak bisa duduk berlama-lama di masjid, dalam hatinya timbul pemikiran seandainya dirinya kaya dan mempunyai pakaian yang cukup untuk dirinya dan istrinya, maka dia bisa duduk lama di masjid.

Akhirnya Tsa'labah menemui Nabi Muhammad SAW agar didoakan menjadi orang yang kaya sehingga mempunyai baju yang cukup untuk keluarganya, beliau SAW pada awalnya menolak untuk mendoakan Tsa'labah menjadi kaya, akan tetapi setelah Tsa'labah meminta sampai tiga kali Nabi Muhammad SAW memenuhi permintaan itu, Nabi SAW mendoakan Tsa'labah agar kaya. Doa nabi adalah doa yang dikabulkan, Tsa'labah  menjadi kaya, mempunyai padang rumput pengembalaan yang luas. Dia telah menjadi kaya, sebuah kekayaan yang membuat dirinya teramat sibuk. Bagaimana dengan kekayaan Tsa'labah ?? ternyata menjauhkan diri dari sholat berjamaah, tidak mempunyai waktu  lagi untuk bersama nabi dan para sahabatnya. Perlahan tetapi pasti Tsa'labah semakin jauh dari jamaahnya Nabi. Puncaknya saat nabi mengutus orang untuk meminta zakat, Tsa'labah menolaknya.

Kita bisa belajar dari kisah sahabat Nabi Muhammad SAW di atas. Saat kita secara memisahkan diri dari jamaah, sesungguhnya kita telah menjauhkan diri dari cahaya kemuliaan, memadamkan nur hidayah ilahi yang telah diberikan Allah kepada kita. Semakin lama kita meninggalkannya, akan semakin membuat cahaya kemuliaan redup, bahkan akhirnya mati. Berada dalam barisan sholat berjamaah akan menghidupkan nyala api kemuliaan, mengembangkan nur hidayah dalam hati kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun