Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istilah dan Bahasa Gaul Anak Milenial di Media Sosial Perlukah Dikhawatirkan?

16 Februari 2022   22:03 Diperbarui: 16 Februari 2022   22:12 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

30. Pap            = post of picture; biasanya digunakan untuk meminta sebuah foto atau gambar ke pengguna Twitter lain.

Namun ada pula istilah atau singkatan yang dibuat tersebut yang tidak umum atau hanya dapat dipahami oleh komunitas tersebut, seperti contoh berikut ini:

  • Ava                 = merupakan singkatan dari avatar atau profile picture
  • Base               = merupakan kelompok, komunitas, atau basis yang ada di Twitter. Kebanyakan anak Twitter tergabung di base tertentu untuk menambah teman atau sekadar berdiskusi apa saja sesuai tema dari base tersebut.
  • Dn & uname; Dn = nama akun Twitter tanpa "@". Misal: Popbela; Uname = nama akun
  • Dom    = domisili; tempat tinggal si pemilik akun.
  • Burjek = Merupakan singkatan dari Buronan Jeki. Biasanya kata Burjek dijadikan sebutan untuk orang-orang yang akun Twitternya dianggap bermasalah dan akan mendapatkan suspend dari Jeki (Jack Dorsey, selaku CEO Twitter).
  • Bub = Singkatan dari Block UnBlock, maksudnya adalah memblokir akun seseorang agar tidak saling follow lagi.
  • Salty  = Bahasa yang diplesetkan dari kata garam (arti salty) menjadi geram. Biasanya kata ini dipakai untuk menunjukkan kekesalan atau nyinyiran terhadap suatu hal.
  • Moots   = Moots merupakan bahasa gaul Twitter kata lain dari 'mutual' dan berarti dua akun yang saling mengikuti satu sama lain.
  • WTP =  Singkatan dari Want To Pamer. Kata tersebut biasanya digunakan ketika seseorang ingin memamerkan sesuatu kepada orang-orang lainnya.

C. Pertentangan ahli Bahasa Terhadap Bahasa Gaul Anak Milenial

Bahasa gaul di kalangan milenial merupakan perwujudan eksistensi diri yang bersifat bebas, terbuka, anti kemapanan dan dinamis. Mereka membuat isitlah atau singkatan tersebut agar tidak dianggap ketinggalan zaman (trend) dan digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian, ada para ahli bahasa yang merasa keberatan dengan adanya bahasa gaul karena dianggap telah merusak tatanan bahasa kita, terutama Bahasa Indonesia yang telah menjadi artefak resmi negara seperti hal bendera negara.

Mereka khawatir adanya semacam perusakan bahasa akan berdampak buruk bagi kaum muda (milenial) maupun terhadap perkembangan bahasa indonesia. Dalam hal ini, sebagian besar para pendidik/guru juga mengeluh terhadap anak didiknya atas penguasaan bahasa Indonesia. Bahasa gaul tersebut akan berdampak buruk terutama melaksanakan tugas di sekolah terkait dengan penggunaan Bahasa dengan baik dan benar, misalnya membuat karya tulis atau karangan berbahasa Indonesia maupun menjelaskan sesuatu atas soal-soal yang diberikan dengan berbahasa Indonesia.

Akan tetapi, ada pula Sebagian orang yang mendukung menganggap adanya bahasa gaul, karena hal itu merupakan alat komunikasi bagi mereka dalam suatu komunitas tertentu. Mereka butuh ekspresi dan kreasi sesuai dengan perkembangan jaman. Masih teringat ketika teknologi komunikasi tidak secanggih sekarang, saat itu kita masih menggunakan Sending Message Short atau dikenal SMS. Mereka juga menciptakan Bahasa gaul yang dikenal dengan Bahasa Alay yakni tulisan berupa kombinasi antara huruf dengan angka yang tak mudah kita pahami. Sungguh terasa aneh apabila dalam obrolan menggunakan bahasa baku yang sudah ditetapkan.

D. Penutup

Dengan demikian, apapun pendapat yang dikemukakan bahwa fenomena bahasa gaul dalam berkomunikasi dengan menggunakan istilah bahasa yang disepakati suatu komunitas tertentu memang tidak mungkin bisa dihindari walau dilarang sekalipun. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua atau kaum kolonial (sebutan mereka kepada generasi kita) perlu juga belajar dan memahami bahasa keseharian mereka untuk memantau mereka dalam berteman atau bersosialiasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun