Mohon tunggu...
cak boyo
cak boyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - isi pikiran e cak boyo

cak boyo senengan e mlaku-mlaku, cangkruk karo crito-crito, senengan e moto-moto, saiki no poto hoax jarene, cak boyo ya seneng nulis, sing santuy ya mocone.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerito Corona nang Suroboyo

9 Mei 2020   09:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   09:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Semakin hari semakin banyak pasien positif corona di Surabaya menunjukkan apa yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk mencegah menyebarnya virus corona tak ada hasilnya. Penyemprotan disinfektan hingga pembuatan dapur umum di Bali Kota yang justru panen kritik karena dianggap malah mengumpulkan orang banyak dalam satu tempat, menjadi hal yang sia-sia.

Belum lagi pembuatan wastafel di setiap sudut Kota Surabaya yang belakangan ini kondisi wastafelnya banyak yang rusak menggambarkan jika apa yang dilakukan Risma sia-sia. Risma yang hampir setiap hari turun ke jalan untuk sosialisasi physical distancing atau untuk menyemprot disinfektan di jalan-jalan protokol Surabaya, hanya untuk mengejar sensasi belaka tanpa tahu apakah yang dilakukannya sudah efektif atau tidak untuk mencegah penyebaran virus corona.

Penutupan Pasar Kapasan dan Pusat Grosir Surabaya selama 14 hari setelah ditemukan ada yang positif corona memang sempat menuai banyak apresiasi. Tapi, soal kompensasi bagi pedagang yang diberikan Pemkot Surabaya sebagai dampak penutupan kedua pasar itu tak bisa diberikan oleh Pemkot Surabaya. Jika pasar dengan mudah ditutup Pemkot, lain halnya dengan pusat-pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya. Mal-mal di Surabaya seolah-olah tak terkena efek penutupan maupun PSBB yang telah diterapkan di Surabaya. Mal-mal masih buka dengan leluasa, bahkan ketika PGS kembali ditutup untuk kedua kalinya dan Pasar PPI Krembangan ditutup ketika PSBB berlangsung, mal-mal juga masih buka.

Kondisi semakin miris ketika PSBB sudah berlangsung, sembako yang mestinya segera diberikan kepada masyarakat yang masuk dalam MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) atau masyarakat yang terdampak PSBB juga mengalami keterlambatan penyalurannya. Banyak kresek-kresek yang berisi paketan sembako masih tertahan di kelurahan. Itu pun isinya yang berasal dari pemberian beberapa komunitas masyarakat dan pengusaha Surabaya. Sedangkan sembako dari Pemkot Surabaya yang berasal dari APBD sebesar Rp161 miliar belum jelas kapan dikeluarkan. Mudah-mudahan saja itu dana tidak disalahgunakan ya.

Bahkan, bansos sebesar 10 ribu paket sembako bantuan dari pemerintah pusat pun juga belum disalurkan. Padahal, paket sembakonya sudah datang. Alasan Risma sih masih menunggu hasil verifikasi data MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) yang diajukan ke Kementerian Sosial (Kemensos) untuk daftar penerima Bantuan Sosial Tunai. Ya, mudah-mudahan Cak Boyo sebagai rakyat kecil berharap bantuan itu segera disalurkan, kasihan warga Surabaya yang tak berpenghasilan karena terdampak virus corona. Mereka butuh makan, butuh bertahan hidup di tengah kondisi yang semakin sulit seperti saat ini.

Masalah yang terbaru selain yang telah disebutkan, adalah munculnya klaster penularan corona di Surabaya, melalui pabrik rokok Sampoerna. Yups, baru-baru ini ada dua pegawai PDP dari pabrik rokok Sampoerna yang memaksakan diri untuk tetap masuk bekerja. Dua PDP itu sebetulnya sudah positif terkena COVID-19 dan telah meninggal dunia.

Nah, keberadaan dua PDP yang kemudian menjadi positif itu sebetulnya telah diketahui oleh Pemkot Surabaya dalam hal ini Dinkes Surabaya. Dinkes Kota Surabaya tahu ada karyawan Sampoerna yang positif dari laporan pabrik rokok Samporena pada 14 April 2020. Namun, Dinkes Surabaya tak segera melapor ke Tim Gugus Tugas COVID-19.

Akibatnya, kalian pasti tahu sendiri ratusan karyawan harus menjalan karantina. Mereka juga harus mengikuti serangkaian pemeriksaan rapid test dan tes swab atau metode polymerase chain reaction (PCR) di laboratorium. Total ada 165 karyawan yang telah diambil swabnya untuk dilakukan PCR. Tak selesai disitu tracing dan rapid test juga dilakukan pada 323 karyawan lainnya. Hasilnya, 100 karyawan tersebut reaktif atau dinyatakan positif rapid test. Ya dari kelalaian Pemkot Surabaya ratusan orang dicurigai telah terpapar virus corona.

Lek wes ngono, Cak Boyo mek iso berdoa nang Tuhan YME, agar Kota Surabaya segera terbebas dari virus corona. Cak Boyo juga berdoa agar pemerintah kota tak melakukan tindakan yang sia-sia lagi dan melakukan blunder lagi.. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun