Mohon tunggu...
cak boyo
cak boyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - isi pikiran e cak boyo

cak boyo senengan e mlaku-mlaku, cangkruk karo crito-crito, senengan e moto-moto, saiki no poto hoax jarene, cak boyo ya seneng nulis, sing santuy ya mocone.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerito Corona nang Suroboyo

9 Mei 2020   09:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   09:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Infonya bukan orang Surabaya tapi daerah," jare salah siji koncone Cak Boyo. Iku pun gak menjelaskan detail keenam pasien iku berasal dari mana. Saat itu setelah pengumuman resmi belum ada penjelasan resmi Pemkot Surabaya maupun Risma selaku Wali Kota Surabaya.

Iso ditebak, durung onok penjelasan resmi dari pemerintah, jelas membuat kabar itu menjadi liar dan simpang siur. Malam tanggal 17 Maret 2020 penjelasan resmi pemerintah pun muncul dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Saat itu Khofifah menjelaskan bagaimana kondisi pasien dan bagaimana kondisi keluarga pasien yang terpapar corona. Yups, pernyataan Khofifah adalah satu-satunya pernyataan dari pemerintah yang muncul terkait 6 pasien itu, hingga hari berganti tak ada sama sekali pernyataan yang keluar dari Pemkot Surabaya atau pun Risma. Risma ngilang.

Risma dan Pemkot Surabaya belum bersuara apa-apa sehari setelah pengumuman 6 pasien yang positif itu. Padahal pada tanggal 18 Maret 2020 pasien yang positif corona wes bertambah menjadi satu orang, dadi jumlahnya wes 7 pasien positif COVID-19. Jenenge bu Risma baru muncul tanggal 19 Maret 2020. yap, bu Risma muncul soale nang Twitter beritane wes dadi tranding topic. Tapi aneh e wes akeh warganet yang apresiasi kerja Risma di Surabaya untuk penanganan COVID-19, padahal sampai tanggal itu Risma seg emoh muncul di depan publik, masih menghilang.

Ndelok itu Cak Boyo hanya bisa tertawa saja dan berpikir ini pasti kelakuan buzzer-buzzer yang membuat nama Bu Risma menjadi trending di Twitter. Namanya juga muncul ketika tiba-tiba ada postingan dari salah satu akun Twitter yang menyebut jika Risma telah memesan human strelization, semacam bilik gae  orang seng masuk kotak trus disemprot cairan desinkfectan buat sterilisasi, pesene e nang Rektor ITTelkom Surabaya.

Jelas ae informasi itu menjadi viral nang ndi-ndi, tapi risma, pancet durung ketok. Belakangan ada kabar jika pembuatan bilik itu sengaja dimunculkan untuk kepentingan branding saja. Tapi karena viral isu soal  bilik itu tetap digeber habis-habisan, bahkan Risma muncul di hadapan publik untuk mencoba sendiri bilik pesanannya itu. Akhire, Bu Risma muncul rek.

Pemkot Surabaya terus memprduksi sterilization tunnel sendiri. Rencananya akan dekek nang di setiap sudut Kota Surabaya. Harapane sih isok dipakai masyarakat umum untuk mencegah corona, tapi kenyataannya cara ini gak isok menekan jumlah pasien positif corona di Surabaya. Hal ini ditambah kemudian organisasi kesehatan dunia WHO melarang cairan disinfektan ini digunakan dengan cara menyemprotkan pada tubuh karena dinilai berbahaya.

Wah, padahal bilik disinfektan dan penyemprotan disinfektan semakin sering dilakukan Pemkot Surabaya ke rumah-rumah dengan menggunakan mobil pemadam kebakaran. Kalau ada imbauan dari WHO seperti itu berarti selama ini penyemprotan disinfektan yang dilakukan Pemkot Surabaya sia-sia dong? Kenapa kok gak dikaji terlebih dahulu efeknya seperti apa?

Tapi rek, ojok lali, sak durunge gercep e bu Risma nggawe dapur umum gaes. Tapi ya ngunu seh, gae opo trusan hehe...

Heboh disinfektan yang tidak disarankan WHO jadi mengingatkan Cak Boyo soal keberadaan masker. Semua sudah tahu jika pandemik virus corona ini membuat harga masker naik drastis. Tak hanya di Surabaya, hampir di seluruh Indonesia masker tergolong barang langka dan jika ada harganya selangit.

Sebetulnya, Risma telah menimbun masker dua bulan sebelum ada pasien positif corona di Surabaya. Alasannya sih saat itu, agar Surabaya tak kekurangan masker ketika virus corona ada di Surabaya.

Risma siap membagikan seluruh masker yang ditimbunnya itu kepada masyarakat ketika memang diperlukan. Ada sekitar 9.892 masker yang ditimbun. Tapi, setelah semakin banyaknya pasien corona di Surabaya nyatanya masker-masker yang kata Risma telah dibagi melalui kelurahan hingga puskesmas itu tak pernah diberikan kepada masyarakat, bahkan masyarakat Surabaya kesulitan mencari masker. Karena itulah Cak Boyo bertanya-tanya ke mana kah masker yang telah ditimbun Risma? Padalah selain masyarakat tenaga medis di Surabaya juga kekurangan masker lho. Ada yang tahu maskernya di mana?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun