Mohon tunggu...
Cahyaningsih Humendru
Cahyaningsih Humendru Mohon Tunggu... Saya masih mahasiswa

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Siapakah aku?" Sebuah pencarian jati diri.

28 Juli 2025   16:23 Diperbarui: 28 Juli 2025   16:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kita terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, kita akan sukses jika ditumbuh kembangkan sesuai dengan potensi aslinya masing-masing bukan di paksa untuk sama dengan orang lain. Seringkali banyak pertanyaan yang timbul di karenakan kita tidak bisa menemukan jati diri contohnya " siapa sebenarnya aku? Rasanya aku seperti bergerak mengikuti arus sosial media, harapan orang tua dan tekanan di masyarakat tetapi semakin aku mencoba menyenangkan semua orang aku malah semakin jauh dari diriku sendiri". 

Banyak dari kita yang mencari jati diri dengan cara mencari dari orang lain, yang terjadi malahan bukan menemukan jati diri yang sesungguhnya melainkan hanya mendapat pengakuan yang sementara, pendapat yang berbeda-beda dan semakin membuat kita kebingungan. Disitu lah mengapa semakin mencari jati diri kita diluar diri semakin kita kehilangan jati diri.  

Jati diri adalah aspek penting dalam perkembangan setiap individu, yakni sebagai landasan untuk menentukan sikap, tindakan dan arah hidup, jati diri yang kuat akan membentuk kepribadian yang kokoh. Jati diri di tentukan oleh 3 elemen yakni cipta(intelektual), rasa ( perasaan dan emosi),  karsa ( kemauan dan tekad untuk bertindak). Dan faktanya bahwa jati diri berasal dari otak yang dominan dimiliki sejak lahir tidak di tentukan oleh orang tua, bersifat unik tetap dan fitrah pemberian Tuhan. Sehingga kita secara pribadi memiliki potensi genetik yang berbeda dengan orang lain,mulai dari bakat, cara berpikir, cara bekerja,  dan kemampuan.

Jati diri bukan sesuatu yang langsung muncul seketika dari dalam diri, tetapi sesuatu yang di bangun berlahan lewat pengalaman dan tujuan dalam diri. Terkadang kita perlu " berdiam" agar kita mendengarkan isi hati sendiri. Jati diri seseorang banyak di pengaruhi oleh caranya merumuskan dirinya sendiri seringkali jawaban spontan yang kita berikan mengungkapkan bahwa kita cenderung melandasi jati diri dengan apa yang kita kerjakan. 

Tak perlu harus menunjukkan sesuatu hanya karena validasi dari orang lain, jati diri di tunjukkan ketika diri kita sendiri mau mendengarkan apa yang ada di dalam hati, karena tanpa sadar, kita sering melupakan isi hati dan lebih mendengarkan orang lain padahal jati diri berasal dari hati yang tenang dan jiwa yang mendengar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun