Mohon tunggu...
Putra Sang Fajar
Putra Sang Fajar Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Pengetahuan

Menyukai aktivitas belajar dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Nature

Transisi Energi, Kado Pertamina untuk Indonesia

13 Desember 2020   10:36 Diperbarui: 13 Desember 2020   11:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi SPKLU Pertamina di SPBU Fatmawati (Foto: Dok. Pertamina)

Bertepatan dengan ulang tahun ke-63, Pertamina semakin serius mendorong transisi energi dari berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.

Ini bisa dikatakan merupakan kado spesial bagi masyarakat Indonesia. Mengingat tren dunia saat ini tengah mengarah pada energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti itu.

Langkah nyata Pertamina untuk mendorong transisi energi itu bisa dilihat dari beberapa kebijakannya akhir-akhir ini.

Di antaranya adalah mulai dioperasikannya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 10 Desember 2020 lalu, atau tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) perusahaan migas nasional tersebut.

SPKLU yang pertama di Indonesia ini terletak di SPBU Fatmawati, Jakarta Selatan. Jika dilihat dari wujudnya, SPKLU ini layaknya SPBU yang sering kita temui, tetapi bedanya bukan Pertamax atau Dexlite yang dijual, melainkan energi listrik.

Tentu saja, ini menjadi sebuah lompatan spesial, sekaligus menandai tapal batas transformasi energi kita. Karena industri mobil listrik diprediksi akan menjadi tren di masa depan. Dan, Pertamina mulai mempersiapkan diri untuk mengantisipasi transisi energi yang akan terjadi.

Hadirnya SPKLU ini juga untuk mendukung Pemerintah guna mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik dalam negeri.

Kemudian, untuk mendukung berkembangnya kendaraan listrik itu, Pertamina dan PLN akan bersinergi untuk mengembangkan baterainya. Penjajakan ke arah sana sudah mulai dilakukan dan ditegaskan oleh Kementerian BUMN beberapa waktu lalu.

Dengan begitu, maka penggunaan energi bersih dan energi terbarukan kini telah memiliki prasyaratnya.

Selain itu, Pertamina sebenarnya juga telah mengembangkan bahan bakar berbasis nabati, atau kerap disebut sebagai Biodiesel. Sejak akhir 2019 lalu, perusahaan BUMN ini telah memproduksi B30.

Ini merupakan bahan bakar hasil pencampuran 30 persen Biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis Solar. Memang saat ini baru mencapai B30, tetapi pengembangan itu terus dilakukan hingga mencapai B100.

Bila itu terwujud, maka penggunaan bahan bakar berbasis fosil bisa dikurangi. Dan kita bisa mengoptimalkan sumber daya alam lokal yang besar dan mendorong kemakmuran masyarakat sekitar.

Karena dengan implementasi B30 itu, Pertamina telah membantu pemerintah untuk menekan impor BBM, sekaligus menggerakkan perekonomian nasional. Adapun bahan baku B30 itu sendiri adalah sawit, sedangkan kita sendiri adalah produsen terbesar di dunia.

Jadi secara tidak langsung sebenarnya kita telah memiliki potensi energi yang sangat besar. Terutama dari bahan bakar berbasis nabati.

Menurut catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), adanya program B30 itu berhasil menurunkan impor Solar senilai USD 1,6 miliar/tahun dan membantu mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia. Selain itu, juga bisa menghemat devisa lebih dari Rp 63 triliun.

Setelah B30, Pertamina juga telah sukses memproduksi 1.000 barel/hari Green Diesel (D100) di Kilang Dumai dan berhasil melakukan uji coba Green Gasoline di Plaju dan Cilacap.

Selain itu, ada sebanyak 14 wilayah kerja geothermal dengan kapasitas terpasang 672 MW own operation dan 1.205 MW joint operation contract (JOC).

Portofolio energi bersih Pertamina lainnya antara lain proyek pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang berasal dari pengolahan limbah kelapa sawit dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di area kilang dan SPBU Pertamina.

Kemudian, Pertamina juga ikut mengupayakan coal gasification menjadi DME sebagai substitusi LPG untuk mengurangi impor dan rencana mengembangkan Industri Baterai untuk Electric Vehicles (EV) bersama konsorsium BUMN.

Deretan hasil kerja di atas menjadi bukti bahwa Pertamina saat ini benar-benar serius menggarap transisi energi di Indonesia. Menurut saya, usaha ini patut didukung dan diapresiasi.

Yang pasti, dengan berkembangnya EBT akan mendorong penggunaan bahan bakar yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Dan, ini menjadi sinyal baik bagi kita demi keberlanjutan anak cucu di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun