MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN--- Bayangkan sebuah panggung di mana keberanian dan kefasihan diuji setiap pekan. Itulah Muhadharah, jantung pelatihan public speaking di Pondok Pesantren Modern Darul HIJRAH Puteri (DAHPI). Di lingkungan yang menuntut setiap santriwati menguasai dua bahasa---Arab dan Inggris---Muhadharah adalah arena pembuktian diri. Dan kami, sekelompok mahasiswi dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas Khusus Internasional, adalah tim pertama yang dipercaya DAHPI untuk masuk ke pusaran pelatihan intensif ini.
Kedatangan kami sebagai kelompok PKL/KKN perdana di DAHPI sudah menjadi sejarah. Namun, penugasan kami secara spesifik sebagai mentor dan evaluator Muhadharah adalah bukti kepercayaan luar biasa. Pihak pondok tidak hanya meminta kami mengajar mata pelajaran PAI, tetapi juga memercayakan tugas yang sangat sensitif: mengasah kemampuan pidato dan kepemimpinan santriwati, yang merupakan cerminan langsung kualitas pendidikan pondok. Ini bukan sekadar tugas observasi; ini adalah tanggung jawab untuk membentuk skill komunikasi masa depan para santriwati.
Menjadi Mata Ketiga di Panggung Keberanian
Tugas kami dimulai setiap malam Selasa dan Jum'at, ketika suasana pondok dipenuhi ketegangan dan semangat. Ruang Kelas menjadi saksi bisral di mana santriwati dari berbagai jenjang, mulai dari tsanawiyah hingga aliyah, tampil bergiliran. Mereka harus berpidato---kadang tentang ilmu agama, kadang tentang isu kontemporer---dengan kefasihan yang sama dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Standar yang diterapkan pondok sangat tinggi, meliputi struktur pidato, kekuatan argumentasi, intonasi, hingga gesture tubuh.
Peran kami berbeda dengan pendamping lainnya. Kami diminta untuk menjadi "Mata Ketiga" yang memberikan perspektif baru, segar, dan berbasis teori komunikasi modern dari bangku kuliah internasional kami. Selama jam-jam Muhadharah berlangsung, kami duduk di barisan Munazimah, mencatat dengan detail yang nyaris obsesif. Kami tidak hanya menilai kesalahan grammar atau tenses---aspek yang sudah diawasi ketat oleh guru dwibahasa---tetapi kami fokus pada dinamika non-verbal, flow presentasi, dan kemampuan santriwati untuk engage dengan audiens.
"Kami mencatat setiap detail: dari getaran suara saat gugup, jeda yang terlalu panjang, kontak mata yang terlalu fokus ke satu titik, hingga penggunaan idiom bahasa Arab yang kurang tepat konteksnya," ungkap salah satu anggota tim kami, Zahra. "Tantangannya adalah memberikan saran yang konstruktif tanpa menjatuhkan mental mereka, apalagi kami adalah 'orang luar' pertama yang menyaksikan proses ini secara dekat."
Sesi Umpan Balik: Menjembatani Teori dan Tradisi
Bagian terberat dan terpenting dari tugas kami adalah sesi umpan balik (feedback) pribadi. Setelah acara Muhadharah selesai, kami mengadakan sesi khusus dengan santriwati yang menjadi orator malam itu. Di sinilah kami menerapkan ilmu yang kami dapatkan di PAI kelas internasional: bagaimana menyampaikan kritik dengan metode sandwich (praise-criticism-praise), dan bagaimana membangun kepercayaan diri berbasis analisis performa.
Saran perbaikan yang kami berikan seringkali mendobrak kebiasaan lama. Misalnya, kami menyarankan santriwati yang terlalu kaku untuk mencoba power pose sebelum naik ke panggung; atau kami menunjukkan bahwa penggunaan props sederhana dapat meningkatkan daya tarik pidato. Kami juga mengajarkan mereka teknik transisi yang mulus antara satu bahasa ke bahasa lain, agar audiens tidak merasa terputus.
Pihak pondok memberikan ruang penuh bagi kami untuk menerapkan metodologi ini. Mereka mengakui bahwa pandangan segar dari dunia luar sangat berharga.
Warisan Pembuktian PAI Internasional
Penugasan di Muhadharah ini lebih dari sekadar PKL; ini adalah pengakuan terhadap kualitas Program Studi PAI di kampus kami. Ini membuktikan bahwa lulusan PAI tidak hanya menguasai ilmu furu' (cabang), tetapi juga memiliki kompetensi global dalam soft skill yang kritis, yaitu komunikasi dan kepemimpinan.
Kami pulang dari Darul Hijrah bukan hanya membawa nilai dan pengalaman mengajar, tetapi sebuah warisan baru. Kami telah membantu mengasah suara-suara masa depan PPMDH, dan pada saat yang sama, kami telah menegaskan posisi PAI Internasional sebagai produsen pendidik yang adaptif, kritis, dan siap menjadi mentor di institusi pendidikan terkemuka mana pun. Kami bangga, kami adalah tim pertama yang dipercaya di balik layar panggung kehormatan Darul Hijrah.