Mohon tunggu...
Dhynie
Dhynie Mohon Tunggu... -

seorang perempuan yang ingin menuangkan cahaya cinta kasihnya lewat ekspresi dan apresiasi kata bagai pancaran cahaya lilin dalam kegelapan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Tak Bernyawa

1 Agustus 2010   12:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi itu kini tak lagi bernyawa
Canda dan tawa pun terdiam
Hanya kesunyian dan segenggam asa
Yang memadunya dalam pijaran waktu

Tak ada lagi cerita keseharian
Tak ada lagi sapa rindu
Pertemuan dalam dekapan alam yang nyata pun mungkin tak pernah ada
Yang ada kini hanyalah mengisahkan perpisahan

Semuanya hanya sampai batas persimpangan dunia
Ketika tatap wajah dalam laku mulai tersibak
Menguak citra diri pribadi yang nyata
Antara realita dan alam maya

Andai kau tau …
Puisi itu mengukirkan perjalanan kita
Yang mungkin kini tak lagi bermakna untukmu
Karena nyawanya telah hilang
Bersama karamnya perjalanan kita

Hari demi hari - bulan demi bulan - tahun demi tahun
Ramadhan demi ramadhan jua lebaran demi lebaran
Yang telah berpijar antara kita
Membuat hadirmu begitu melekat dalam jiwaku
Tak mudah bagiku melepasmu dan pergi menjauh

Harapku masih ingin terus bersamamu
Namun kata tak mampu lagi mengungkapkan
Meski dirimu telah berkata apa yang ku harapkan
Cukuplah bagiku kau menjadi kenangan terindah untukku


Diriku menjauh bukan karena benci
Diriku menjauh bukan karena tak memaafkan
Hanya saja arti hadirmu dihati telah berubah
Seiring berjalannya waktu
Menjadi sesuatu yang tak bisa ku mengerti dengan logika

Namun begitu ...
Untaian do’a dan harapku masih tetap terjaga
Menggenggam kerinduan
Bersama pancaran kenangan kita
Yang kini mengalunkan kisahnya tersendiri

Terima kasih atas segala kebaikan dan ketulusanmu untukku
Kuharap pengorbananku tak lagi hina
Semoga kau bahagia bersama Cinta dan Cita mu...

Dan biarlah nyawa puisi itu terbang
bersama tetesan air cinta..
Entah...untuk kembali....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun