"Capek sih, tapi justru dari sini saya belajar tanggung jawab dan manajemen waktu. Kuliah tetap nomor satu, tapi usaha ini juga penting buat masa depan saya," katanya.
Angkringan Joglo Bandulan menawarkan menu-menu khas angkringan seperti nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, gorengan, dan minuman tradisional seperti wedang jahe dan teh poci. Meski sederhana, rasa dan penyajiannya tetap diperhatikan agar pengunjung merasa puas.
Dengan konsep Joglo dan suasana yang hangat, angkringan ini cepat menarik perhatian pelanggan khusunya anak muda. Banyak yang datang bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk berkumpul, berdiskusi, atau sekadar melepas penat setelah beraktivitas seharian.
Abel memanfaatkan teman-temannya dan media sosial, terutama Instagram dan TikTok, sebagai alat promosi. Ia rutin memposting foto makanan, testimoni pelanggan, dan cuplikan suasana angkringan yang menarik perhatian anak muda Jogja.
"Promosi itu penting. Tapi yang lebih penting adalah menjaga kualitas makanan dan pelayanan. Kalau pelanggan puas, mereka akan datang lagi dan bawa teman," katanya.
Bagi Abel, apa yang ia jalani bukanlah sekadar kisah sukses kecil. Ia berharap pengalamannya bisa jadi inspirasi, bukan hanya untuk mahasiswa lain, tapi juga untuk siapa pun yang sedang merintis usaha.
Untuk para mahasiswa, Abel berpesan agar jangan takut mencoba. Masa muda adalah waktu terbaik untuk belajar dari kegagalan dan bangkit kembali. Jangan tunggu semuanya sempurna baru mulai. Mulailah dari apa yang ada.
Sementara bagi para perintis usaha, baik yang baru memulai atau sedang dalam masa sulit, Abel menyampaikan satu hal penting proses tidak akan mengkhianati hasil.
"Awalnya saya juga takut gagal. Tapi setelah dijalani, ternyata semua bisa dipelajari. Jangan tunggu sempurna dulu untuk mulai. Mulai dulu, nanti sambil jalan kita belajar," pesannya.
Kisah Abel dan Angkringan Joglo Bandulan adalah bukti bahwa semangat, keberanian, dan ketekunan bisa membawa perubahan. Di usia yang masih sangat muda, Abel memilih untuk tidak hanya menjadi mahasiswa yang belajar di kelas, tapi juga yang belajar langsung dari lapangan kehidupan.
Dari sebuah angkringan kecil di sudut Yogyakarta, Abel sedang merintis mimpi besarnya bukan hanya soal bisnis, tapi tentang menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat.