Mohon tunggu...
Buyung Okita
Buyung Okita Mohon Tunggu... Lainnya - Spesialis Nasi Goreng Babat

Mantan Pembalap Odong-odong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Bibit Sekulerisasi Masyarakat Prancis Pasca Revolusi

31 Oktober 2020   22:16 Diperbarui: 31 Oktober 2020   22:21 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guilotin Louise XVI

Berdirinya Republik Prancis pertama tidak lantas menjadikan negara menjadi damai. tetapi muncul bayak keresahan sosial di penjuru negeri, dan ancaman negara lain untuk menyerang Prancis dikarenakan posisinya yang lemah pasca Revolusi.

Untuk meredakan keresahan dan ketertiban di masyarakat, membuat munculnya pengadilan revolusi (Revolution Tribunal) pada tahun 1973 yang menghukum oknum-oknum yang dicap sebagai musuh negara taau musuh kebebasan. Dimana diantara orang yang dihukum tersebut adalah kebnayakan orang tak bersalah dan pendeta yang tidak bersumpah kepada konstitusi yang lalu dianggap sebagai musuh negara.

Tahap ketiga perselisihan

Pada era Republik Prancis pertama institusi gereja dan pendeta yang loyal terhadap konstitusi diperbolehkan untuk beroperasi dan melakukan tindakan keagamaan dan kegaitan sosial lain. Tetapi segala sesuatu yang dianggap berhubungan rezim di masa lalu dan juga pendeta yang tidak setia terhadap konstitusi tidak diperbolehkan untuk beroperasi.

Tetapi hal itu berubah drastis setelah muncul gerakan baru menyebutkan bahwa pendeta dan pemuka agama dianjurkan untuk meninggalkan kegiatan keagamaan dan melakukan kehidupan sebagai mana masyarakat umum lainnya, bahkan dianjurkan untuk menikah. 

Oktober 1973, menurut undang-undang baru bahkan berbagai tindakan keagamaan dan gereja tidak diperbolehkan untuk beroperasi. Berbagai artifak yang berhubungan dengan agama dicopot atau dirusak, tempat keagamaan dialih fungsikan untuk berbagai hal lain. Jalan dengan nama santo dirubah menjadi nama yang bersifat patriotis dan berhubungan dengan gerakan revolusioner. 

Kegiatan keagamaan dianggap berhubungan dengan rezim masa lalu, dan dianggap tidak sesuai dengan nilai dan cita-cita revolusi. Membuat seolah-olah menciptakan gerakan dan nilai revolusi itu sendiri menjadi sebuah agama. Diperkuat dengan festival-festival yang memperingati bahwa martir yang gugur dalam gerakan revolusi tersebut merukapan seorang santo penyelamat. 

Ternyata berbagai tindakan tesebut tidak membuat keresahan sosial menjadi reda. Sehingga para filsuf revolusioner mencoba memperkenalkan kultus kultus keagamaan baru dengan berbagai macam cara. Tindakan ini juga tidka berpengaruh sama sekali.

Tetapi akhirnya rezim baru Republik pertama Prancis harus mengakui bahwa jika ingin memastikan kesetiaan umat Katolik Prancis, dan meredakan keresahan sosial . 

Pemerintah harus menyediakan tempat bagi Gereja yang dapat menjembatani perpecahan, kebingungan, rasa sakit, dan kepahitan dari dekade-dekade Prancis yang sebelumnya. Pemerintahan menyadari bahwa agama dan institusi gereja memberikan dampak penting dalam moral masyarakat dan ketertiban tatanan masyarakat. 

Cerita diatas merupakan tahap awal bibit munculnya sekulerisme di Prancis. Pasca revolusi Prancis, agama dan institusi yang menaunginya dianggap sebagai hal yang berhubungan dengan rezim yang lalu yang harus dihapuskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun