Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Spiritual dalam Sejarah Perjuangan

18 September 2022   21:49 Diperbarui: 18 September 2022   21:49 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa adalah Filsafat spiritual 

Saya mengambil cerita lain dari peristiwa penangkapan Sayang Mandabayang, seorang perempuan Papua yang ditangkap saat perjalanannya dari Sorong ke Manokwari. 

Dalam perjalanan Sayang Mandabayang punya jalan perjuangan yang tak biasa, meledaknya kasus rasisme pada 16 Agustus 2019 di Surayabaya menjadi salah satu alasan untuk berbicara keras atas sikap-sikap individu yang selalu mempermainkan warna kulit untuk mengkerdilkan umat manusia. 

Siapa pun manusia itu, kewarasannya tidak akan menerima jika manusia dipermainkan, apa lagi menyangkut kehormatan.

Sayang sebagai perempuan Papua yang punya tarikan sejarah pergerakan dalam lingkaran Cipayung, memiliki sikap untuk protes keras kepada Negara dan pemerintah Indonesia. Filosofi gerakan mereka sederhana tapi penuh dengan roh perlawanan "Diam Mati, Melawan Masih Mungkian Menang", falsafah pergerakan ini tertancap dalam batin seorang perempuan Papua.    

Dalam kesadaran pejuang Papua seperti Sayang telah menyadari bahwa apa yang dikerjakan telah dilakukan dengan benar, entitas Melanesia harus di perjuangan dengan semua cara. Kendati perjuangan itu memberi efek korban jiwa sekalipun. 

Sayang dalam dekapan penjarah bukan saja sebagai seorang pejuang perempuan tapi juga sebagai seorang Ibu yang baru 3 bulan melahirkan, jeruji besi itu tidak pernah menyulut semangat atas perlawanan tindakan rasisme untuk orang Papua. 

Semua keluarga sedih dalam kebahagiaan, mereka bangga atas perempuan Papua yang berjuang membela entitas Papua, bagi Sayang lelaki Papua menangis atas peristiwa yang dihadapinya karena harunya mereka yang dekap, bukan Dia. Tapi semua itu bukan menjadi aib dan malu, tapi bagian dari sejarah besar atas perlawanan rasisme dan kemerdekaan untuk bangsa Papua.  

9 bulan dalam dekapan sebagai terdakwa kasus makar, terbesik batin spiritual, Dia pun menyadari bahwa  dengan jalan puasa Dia akan jauh lebih kuat dan sabar dalam menghadapi peristiwa ini, hendak dalam penantian akan menemukan fase penyelamatan sebagaimana yang dikisahkan dalam cerita penyelamatan atas Musa dan Daud.  

Selama 9 bulan di penjara, sepanjang itu dia terus berpuasa untuk menjaga moralitas perjuangannya, jalannya begitu indah Dia disipakan sahur-buka puasa oleh seorang polisi bernama Pak Nuryatim dan Istrinya.

Di waktu matahari tenggelam dan malam pun hadir, Pak Nuryatim adalah seorang polisi keturunan Jawa selalu membersamainya untuk berbuka puasa, ini adalah perjumpaan yang penuh dengan ikatan moral. Pak Nuryatim dan Istri adalah orang baik, sahut Sayang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun