Sedianya keempat negara tersebut dipertemukan dalam satu kompetisi mini berformat round robin. Lalu dua tim teratas beradu lagi di Putaran Ketiga untuk memperebutkan tiket otomatis ke Piala Dunia 1958.
Namun Mesir mengundurkan diri karena ogah bermain melawan Israel. Indonesia yang merasa punya utang budi dengan rakyat Mesir, juga atas nama solidaritas terhadap rakyat Palestina, ikut-ikutan mundur pula.
Sebetulnya PSSI sempat bernegosiasi dengan FIFA, meminta agar pertandingan melawan Israel diadakan di tempat netral. Presiden Soekarno tak mau orang-orang yang terasosiasi dengan pemerintahan Zionis menginjak bumi Indonesia, juga tak mengizinkan timnas berlaga di Tanah Kan'an.
FIFA menolak permohonan tersebut dan tetap meminta dua tim bertanding home-away dengan negara masing-masing sebagai kandang. Keputusan tersebut membuat Indonesia lebih memilih mundur.
Sudan sendiri, sekalipun mayoritas penduduknya Arab-Islam, merasa tak perlu menunjukkan sikap anti-Israel. Maka tinggallah kedua negara yang tersisa, sehingga dinyatakan lolos otomatis ke Putaran Ketiga.Â
Akan tetapi bersamaan dengan itu Liga Arab, organisasi negara-negara Arab, menyerukan boikot terhadap Israel dalam segala bidang. Termasuk di dalamnya boikot olahraga, juga sepak bola.
Sudan yang merupakan anggota Liga Arab tak berkutik. Mau tak mau satu-satunya wakil Afrika tersebut memilih mengundurkan diri pula, sehingga Israel keluar sebagai pemenang kualifikasi kawasan Asia-Afrika.
Namun FIFA tak mau Israel melenggang ke Piala Dunia tanpa bertanding sama sekali di kualifikasi. Maka sebuah partai play-off antarbenua pun diadakan, dengan Wales dipilihkan sebagai calon lawan.
Apa daya, Wales terlalu digdaya bagi Israel. Dua kali bertanding home-away, dua kali pula mereka keok dengan skor identik: 0-2.
Wales pun mencatatkan debut di Piala Dunia. Sedangkan Asia-Afrika tak mengirim wakil sama sekali ke Piala Dunia 1958.
Talang Datar, 13 Oktober 2024