Menariknya, satu tim dinyatakan sebagai pemenang jika setidaknya sekali menang dan sekali seri dalam dua pertemuan. Jika saling mengalahkan, maka bakal digelar pertandingan ketiga di tempat netral. Kalau ternyata berakhir imbang, penentuan pemenang didasarkan pada keunggulan rasio gol.
Undian mempertemukan Indonesia dengan Tiongkok di Grup 1. Pertemuan pertama berlangsung di Stadion Ikada, Jakarta, pada 12 Mei 1957, di mana dua gol Ramang membawa Tim Garuda menang 2-0.
Ramang kembali mencetak dua gol ke gawang Tiongkok pada laga kedua di Stadion Xiangmongtan, Beijing, pada 2 Juni 1957. Namun Indonesia ganti menjadi pihak yang kalah dengan skor ketat 3-4.
Karena saling mengalahkan, kedua tim musti kembali bertanding di tempat netral. Ang San Stadium di Rangoon, Burma, yang kemudian terpilih menjadi lokasi laga penentuan pada 23 Juni 1957.
Ternyata kedua tim sama-sama tak mau kalah, sehingga pertandingan berakhir tanpa gol hingga 120 menit. Karena belum ada aturan adu penalti, pemenang ditentukan lewat rasio gol.
Indonesia yang mencetak total 5 gol dan kebobolan 4 mencatatkan rasio gol 1,250. Sedangkan rasio gol Tiongkok cuma 0,800. Dengan demikian Ramang, dkk. berhak melaju ke putaran berikutnya.
Mundur Karena Israel
Sayangnya, keberadaan Israel membuat sejumlah kontestan gerah. Terutama negara-negara Arab-Muslim. Mereka meminta agar Israel dicoret dari kualifikasi.
Tentu saja FIFA tak menggubris permintaan tersebut. Israel tetap dibiarkan berpartisipasi, sehingga negara-negara yang anti terhadapnya yang lantas mengambil sikap menentang.
Mula-mula Turki yang mundur. Akan tetapi bukan karena alasan politik anti-Israel, melainkan merasa mereka seharusnya diikutkan dalam kualifikasi zona Eropa dan bukan Asia.
Padahal seharusnya Turki menjadi lawan Israel sebagai sesama penghuni Grup 2. Dengan mundurnya calon lawan, Israel dinyatakan berhak melaju ke putaran berikutnya.
Ndilalah, yang menjadi pesaing Israel di Putaran Kedua adalah negara-negara  berpenduduk mayoritas Islam: Mesir, Sudan dan Indonesia. Sikap paling keras ditunjukkan Mesir yang selain Islam juga beretnis Arab.