Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Transpuan Pertama di Jagat Sepak Bola Wanita

18 Oktober 2022   05:05 Diperbarui: 18 Oktober 2022   05:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martine Delaney. FOTO: Peter Mathew/news.com.au

Berangkat dari kasus Delaney, mustinya FIFA sudah sejak lama membentuk panel untuk membuat aturan bagi kaum pesepak bola transgender. Setidaknya memberi kepastian apakah seorang transpuan seperti Delaney boleh berkompetisi di liga wanita, juga sebaliknya.

Kalangan transgender pun musti berbesar hati kalau aturan ternyata tidak berpihak pada mereka. Misalnya aturan terbaru asosiasi renang dunia, (Fdration internationale de natation, Fina), Juni 2022 lalu.

Dalam aturan tersebut ada larangan bagi transpuan untuk turut serta di kompetisi wanita. Kecuali si atlet transpuan dapat membuktikan jika dirinya belum pernah mengalami pubertas sebagai seorang pria (sumber).

Aturan itu didukung oleh 71% pemilih dari 152 federasi nasional anggota Fina. Voting digelar di Budapest, menyusul satu laporan dari panel sains FINA.

Panel tersebut menemukan fakta bahwa seorang transpuan masih memiliki keunggulan signifikan atas perempuan alamiah. Sekalipun hormon testoteron dalam tubuh mereka sudah berkurang akibat tindakan medis dalam proses transisi gender, keunggulan itu tetap tersisa.

Alasan sama menjadi dasar kritik atas keberhasilan Lia Thomas menjuarai kompetisi renang tingkat mahasiswa di Amerika Serikat (sumber). Kisah perenang tersebut mirip Delaney. Dia sempat bertanding di kompetisi pria selama tiga tahun, sebelum kemudian pindah ke kompetisi wanita usai menjalani transisi gender.

Tak lama setelah larangan Fina tadi giliran The International Rugby League (IRL), asosiasi rugbi seluruh dunia, yang mengambil sikap sama. Namun aturan terbaru mereka masih bersifat sementara sampai ada ujian klinis lanjutan yang lebih valid (sumber).

Balik lagi ke sepak bola, federasi Jerman (DFB) sudah melangkah mendahului FIFA terkait isu ini. Berbeda sikap dengan Fina dan IRL, DFB mengizinkan pesepak bola transpuan bertanding di kompetisi wanita. Aturan baru tersebut bakal diterapkan mulai musim 2022/2023 (sumber).

Akan tetapi aturan itu hanya berlaku di kompetisi yunior, futsal dan amatir. Tidak di kompetisi profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun