Mohon tunggu...
Bunga Shaina
Bunga Shaina Mohon Tunggu... -

♥ \r\nHave a nice day all....keep smiling & always positive thinking..... ♥ ♥ ♥ \r\nhttp://bungashaina.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Indah pada Waktunya (Tamat)

3 Juni 2013   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:36 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malikha selalu mensyukuri karunia yang diberikan padanya. Kerja kerasnya saat muda membawa anak-anaknya  hidup bahagia sekarang.  Arief sebentar lagi akan menikah, Annisa sudah mapan hidupnya , hidup bahagia dengan 3 orang anaknya sedang Amirapun sudah menikah  punya 1 orang anak dan sekarang bekerja sebagai guru SD, suaminya juga seorang guru. Anak keempatnya Afandi sekarang bekerja sambil kuliah dan si bungsu saat ini sudah kelas 3 SMA.

Anak-anak Malikha bisa bersekolah sampai lulus Sekolah Menengah Atas itu semua berkat kegigihan Malikha juga bantuan Musyafak yang diberikan padanya secara sembunyi-sembunyi, karena itu Malikha selalu mengajari anak-anaknya untuk menghormati Musyafak maupun Musdalifah walau Musdalifah sering berbuat jahat pada mereka.

Rumah Musdalifah akhirnya dijual pada Kyai Sodron untuk ongkos Naik Hajinya.  Sebulan lagi mereka, Malikha maupun Musdalifah akan menunaikan Ibadah itu.

Sehari sebelum berangkat, Musdalifah memanggil Lestari ke kamarnya.

" Ibu , mau berangkat sebentar lagi. Rumah ini sudah ibu jual, jadi ibu harap kamu cepet-cepet cari suami yang punya rumah agar kita punya rumah lagi... " .

" Tapi bu, kenapa rumah ini di jual kalau memang ibu belum punya uang untuk berangkat Haji ? ", jawab Lestari.


" Kamu tau, ini rumah siapa kalau ibu sudah mati ? ", tanya Musdalifah pada Lestari.

" Rumahku, Bu ... aku kan anak ibu ".

" Kamu itu cuma anak pungut, tidak punya apa-apa tau...!!", bentak Musdalifah.

" Ini rumah Ayahmu dari orangtuanya jadi kalau tidak ibu jual sekarang , kalau ibu mati rumah ini jadi milik ahli warisnya, anak-anak Malikha..., ibu tidak akan rela....". Lanjut Musdalifah.

" Jadi saat ibu pulang nanti, kamu harus sudah bisa menjawab lamaran Kyai Sodron....".

Lestari tidak akan pernah lupa pembicaraan itu. Betapa jahatnya Musdalifah. Melalukan cara seperti ini, hanya takut warisan itu jatuh ketangan yang berhak. Lestari juga ingat kenapa toko kain disewakan begitu lama agar dia bisa menikmati uangnya.

Rumah sangat sepi, Lestari merenunggi nasibnya, jadi selama ini ibu angkatnya itu hanya menjadikannya pembantu dirumahnya saja. Saat Lestari kecil dulu, mereka memang punya seorang pembantu tetapi setelah lulus SD, semua pekerjaan rumah dia yang harus mengerjakannya.

Dan sekarang  menjual dirinya  pada Kyai Sodron untuk jadi istri ketiga. Lestari menangisi nasibnya. Cintanya yang tulus pada Arief dianggap najis oleh ibunya. Lestari juga ingat kata-kata menyakitkan yang sering ditujukan padanya, pukulan jika dia tidak bisa memenuhi keinginan Ibunya itu.

***

Musdalifah mencari-cari Lestari ditengah-tengah rombongan penjemput Jamaah Haji tetapi tidak ada. Ada sedikit perasaan cemas. Setiba dirumahnya, Musdalifah sangat kaget, rumahnya tampak rapi tetapi penuh debu, terlihat kalau sudah tidak berpenghuni lumayan lama. Musdalifah berteriak memangil Lestari tetapi anak itu tidak muncul juga.

Tubuh Musdalifah lemas, beberapa tetangga menolong membawanya  istirahat ke tempat tidur. Mereka juga mengatakan  kalau beberapa minggu yang lalu melihat Lestari pergi membawa tas pakaian. Dimeja rias ada sepucuk surat tergeletak yang ditujukan pada Musdalifah dari lestari.

Yang Terhormat ibunda Musdalifah,

Saat Ibu membaca surat ini, Lestari anak pungutmu sudah berada jauh dari kota ini...

Ibu, Maafkalah anakmu yang tidak tau diuntung ini ....

Tetapi Lestari tidak bisa menikah dengan Kyai Sodron yang seperti ibu minta . Sekali lagi maafkanlah Lestari karena pergi membawa uang tabungan dan perhiasan-perhiasan milik   ibu, anggap saja itu sebagai bayaran karena selama ini, Ibu mengambil Lestari tidak sebagai anak tetapi sebagai pembantu.....

Dari siAnak pungut...

Lestari

Musdalifah membaca surat itu berulang-ulang. Dia berteriak-teriak menangis bukan karena kepergian Lestari tetapi karena semua hartanya dikuras habis olehnya. Karena histerisnya dan beberapakali pingsan akhirnya Musdalifah dilarikan ke Rumah Sakit.

Di RS keluarga Malikhalah yang mengurusi semuanya, karena mau tidak mau keluarga Malikha adalah keluarga terdekatnya. Musdalifah hanya bisa menangis, saat ini kakinya tidak bisa digerakkan lagi karena stroke. Musdalifah tinggal dirumah Malikha, semua kebutuhannya keluarga Malikha yang mencukupi.

Kyai Sodron tidak mau tau lagi, setelah tau Lesrtari melarikan diri Kyai itu cepat-cepat mengambil alih rumah Musdalifah. Melihat keadaan ini Taufan, suami Annisa mendatangi Kyai Sodron untuk mengambil alih kembali rumah itu. Bukan Kyai Sodron kalau tidak mengambil kesempatan untuk mengambil untung yang besar dari penjualan rumah Musdalifah.

Akhirnya rumah Musdalifah dibeli oleh suami Annisa. Rumah kembar itu tidak jatuh ketangan orang lain. Arief  bahkan  membayar seorang pembantu untuk membantu ibunya merawat Musdalifah. Keluarga itu tidak melihat kejahatan Musdalifah tetapi mereka melihat kebaikan Musyafak yang sudah membantu sekolah mereka hingga mereka menjadi  seperti sekarang ini.

Musdalifah berkali-kali meminta maaf pada keluarga itu, sampai suatu hari sebelum ajal menyemputnya , Musdalifah memberikan sertifikat toko kain yang dia sewakan pada Malikha.

( Tamat )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun