Kendal, 14 Agustus 2025 – Desa Cening, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, perlahan mulai menunjukkan wajah baru dalam pengelolaan hasil pertaniannya. Jika sebelumnya para petani lebih sering menjual hasil panen berupa kopi, jagung, pisang, maupun produk ketahanan pangan lain secara langsung kepada pengepul, kini mereka belajar bagaimana memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan nilai jual produk.
Oleh karena itu, Tim KKN UNNES GIAT 12 melaksanakan program kerja Sosialisasi dan Workshop Pemberdayaan Kelompok Tani Melalui Literasi Digital dan Promosi Produk yang diisi oleh Bunga Priesti Garina yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis, 14 Agustus 2025, di Balai Desa Cening.
Mayoritas masyarakat Desa Cening selama ini masih mengandalkan penjualan bahan mentah. Padahal, bila diolah menjadi produk siap konsumsi, hasil pertanian akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Melihat peluang ini, kegiatan sosialisasi bertujuan membuka wawasan petani agar tidak hanya fokus pada panen, tetapi juga pada proses pengolahan, pengemasan, hingga pemasaran digital.
Dalam sesi workshop, para peserta diperkenalkan dengan Canva untuk membuat logo produk secara sederhana namun profesional. Logo dipahami sebagai identitas penting yang bisa membedakan produk mereka dengan produk lain
Tidak berhenti di situ, peserta juga berlatih menggunakan website Pacdora.com untuk membuat mock-up kemasan produk. Melalui pelatihan ini, petani dapat melihat gambaran nyata bagaimana produk mereka akan tampil di pasaran dengan desain kemasan yang lebih menarik dan modern.
Selain pelatihan teknis desain, sosialisasi juga menekankan pentingnya literasi digital. Petani diajak untuk mengenal berbagai platform seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, TikTok Shop, hingga Shopee sebagai media promosi dan penjualan. Dengan memanfaatkan media sosial, produk lokal Desa Cening berpeluang menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan ke luar daerah.
Agar materi mudah dipahami dan bisa dipelajari kembali di rumah, peserta juga dibagikan leaflet berisi panduan pembuatan branding produk dan cara membuka toko online. Leaflet ini menjadi bekal praktis yang dapat membantu masyarakat mengaplikasikan kembali ilmu yang telah dipelajari.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari kelompok tani. Mereka merasa terbantu karena kini lebih memahami bahwa teknologi bukanlah hal yang sulit, melainkan peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dengan adanya literasi digital, pembuatan logo, desain kemasan, hingga promosi online, diharapkan produk hasil pertanian Desa Cening tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Petani Cening kini tidak lagi hanya sekadar menanam dan memanen, tetapi juga siap menjadi pelaku usaha yang mandiri, kreatif, dan berdaya saing.
Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting untuk terus mendukung petani lokal agar mampu naik kelas. Membeli produk mereka berarti ikut menjaga kemandirian pangan desa, sekaligus mendorong ekonomi kerakyatan.
Jika masyarakat Desa Cening saja bisa mulai beradaptasi dengan teknologi untuk memajukan hasil panen, bukankah kita juga bisa mengambil peran dengan cara sederhana? Mulai dari memilih kopi lokal, jagung olahan, atau produk desa lainnya, kita tidak hanya menikmati hasil alam, tetapi juga menjadi bagian dari cerita perubahan.
Mari bersama-sama mengangkat potensi desa, karena kemajuan Indonesia dimulai dari desa-desa yang berdaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI