Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengintip Cita-cita Wakil Rakyat

15 Februari 2021   12:51 Diperbarui: 16 Februari 2021   08:02 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung wakil rakyat (Dok Hariansinggalang.co.id)

Politik Dinasti Buat Demokrasi Terbelah

Berbeda problem yang dihadapi mereka dengan politisi kebanyakan. Politisi yang dibesarkan karena keluarga dengan basis politik dinasti, umumnya tidak matang. Mereka 'secepat-kilat' terorbitkan. Tentu karena pengaruh keluarganya sampai ia terpilih wakil rakyat. Politisi model ini tidak melewati proses dialektika lapangan yang panjang.

Politisi seperti ini kebanyakan bersembunyi 'di ketiak', nama besar keluarga. Ayah atau Ibunya punya kekuasaan, lantas dirinya menggarap itu untuk manfaat politik pribadi. Tantangan besarnya, politisi dinasti tidak memiliki karakter petarung. Cenderung lemah dalam pertahanan diri. Pengalamannya pun pas-pasan.

Tidak tahan godaan dan intimidasi. Mudah tercerabut bila dihantam gelombang kepentingan yang kekuatannya sepadan. Etos perjuangannya tidak sekuat politisi yang tumbuh mandiri, lahir dari basis-basis rakyat miskin. Begitu pula, mereka lemah dalam wacana dan konsep. Dikarenakan kurang melakukan literasi untuk dirinya.

Takut menghadapi tekanan. Umumnya mereka bermain aman. Tidak berani menerima resiko. Jurus andalannya ialah simbiosis mutualisme, atau kalau bertarung duel mereka mengarahkan kekuatan materi dan kekuasaan. Selebihnya, kekuatan kualitas diri pribadi tidak ada. Tak terbiasa mandiri.

Bukan bermental fighter. Berani dan punya nyali jika bermain kelompok. Merekalah politisi kawanan, tidak terbiasa bertarung sendiri. Itu sebabnya, sangat mudah rapuh. Gampang dikalahkan ketika keluarga (Ayah dan Ibu) atau sanak familinya tidak berkuasa lagi. Apeslah dia. Politik dinasti memang buat demokrasi terbelah.

Mereka mengutamakan kepentingan materi dan sistem. Akhirnya, dihadap-hadapkanlah antara sistem dan kelompok di luar sistem. Metode yang demikian tidak sehat. Membuat percakapan di ruang publik menjaid tidak produktif. Sejatinya politisi itu berawal dari bawah. Dari hal-hal kecil, agar ia tau bagaimana keluh-kesah orang-orang susah (miskin).

Langkah menyatukan demokrasi ialah dengan menghilangkah politik dinasti. Biarkan para politisi bertarung murni. Dengan mengandalkan kualitas dirinya, pengalaman dan konsep-konsep yang dipelajarinya. Selebihnya, kemampuan politisi berjuang bersama di barisan rakyat. Suasana inilah yang dinanti kita semua. Demokrasi akan tumbuh normal.

Manakalah kerajaan dinasti politiknya tumbang. Si politisi itupun tumbang pula. Kekuatannya lenyap seketika karena ia dependen. Tidak mengakar. Ia tak punya kemampuan melahirkan regenerasi. Barisan pendukung atau pemimpin pelanjut juga gagal diwariskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun