Coba bayangkan, kapan terakhir kali kamu benar-benar menggunakan uang tunai? Mungkin hanya saat jajan di warung kecil atau bayar parkir. Selebihnya, hampir semua transaksi sekarang bisa dilakukan lewat smartphone. Dari belanja online, naik transportasi umum, pesan makanan, sampai bayar tagihan semuanya tinggal klik lewat aplikasi. Inilah yang disebut cashless society, sebuah fenomena ketika masyarakat lebih memilih transaksi digital ketimbang uang tunai.
CASHLESS SOCIETY
Namun, di balik kemudahan itu, ada tantangan besar yang tidak bisa diabaikan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (2022) mencatat tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 49,68%. Rendahnya kesadaran finansial ini sering kali membuat orang terjebak perilaku konsumtif: belanja tanpa perhitungan hanya karena promo atau cashback. Artinya, cashless society tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal kesiapan mental dan pengetahuan dalam mengelola keuangan dengan bijak.
Pertanyaannya, apakah cashless society sekadar tren digital yang mengikuti perkembangan zaman, atau memang sebuah paradigma baru dalam manajemen keuangan modern? siapkah kita menyambut era tanpa uang tunai ini bukan hanya sebagai gaya hidup, tapi juga sebagai strategi cerdas dalam mengelola keuangan?
Cashless Society dan Transformasi Manajemen Keuangan Pribadi
Perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin terbiasa hidup di era cashless society, di mana transaksi dilakukan lewat e-wallet, mobile banking, atau QRIS. Cara ini bukan hanya memudahkan, tapi juga mengubah cara orang mengatur keuangannya sehari-hari. Pencatatan dan pengendalian keuangan jadi lebih gampang karena semuanya otomatis tersimpan di aplikasi.
Meski begitu, ada sisi positif dan tantangannya. Di satu sisi, sistem ini bikin transaksi lebih praktis, aman, transparan, bahkan bisa membantu orang menabung dan berinvestasi jangka panjang. Namun, di sisi lain, kemudahan transaksi juga bisa bikin orang lebih konsumtif karena tinggal sekali sentuh uang langsung keluar. Maka, disiplin dan literasi keuangan jadi kunci agar manfaat cashless society bisa benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Digitalisasi Keuangan dan Dampaknya terhadap Organisasi
Bagi organisasi, baik bisnis maupun non-bisnis, digitalisasi keuangan jadi langkah penting. Pencatatan yang dulu manual sekarang bisa dilakukan otomatis, cepat, dan real time. Hal ini bikin pengelolaan keuangan lebih efisien, transparan, dan meminimalkan penyalahgunaan dana. Bahkan, proses audit juga jadi lebih mudah dan cepat.
Tidak hanya perusahaan besar, UMKM juga ikut merasakan manfaatnya. Lewat pembayaran digital, usaha kecil bisa memperluas pasar, memperbaiki pencatatan keuangan, hingga lebih mudah mengakses pinjaman. Namun, digitalisasi juga membawa tantangan, terutama soal keamanan data dan kesiapan sumber daya manusia. Karena itu, organisasi harus siap dengan pelatihan, infrastruktur, dan sistem keamanan yang baik agar bisa tetap tangguh di era serba digital ini.