Jadi boleh dibilang, kalau kita bicara syariat berarti kita membicarakan tatacara ritual/prosesi ibadah. Adalah tidak syah jika kita melaksanakan ibadat jika kita tidak mengikuti syariatnya.
Itu kira-kira pemahaman sederhana tentang syariat.
Sekarang kita coba lanjut ke pemahaman berikutnya tentang tarikat dan hakikat.
Sebelumnya, apakah Anda pernah membaca tulisan saya berjudul "Melakukan Shalat tanpa Harus Shalat!" serta komentar-komentarnya ? Coba baca dulu...
Secara normatif, beragama itu cukup dengan menjalankan syariat saja. Padahal, kita harus mencapai hakikat yang sesungguhnya.
Jika dalam beragama kita selalu berorientasi dan berfokus pada pencapaian hakikat maka melaksanakan syariat saja tentulah belum cukup. Tentu saja kita tidak dapat mencapai hakikat kalau kita meninggalkan syariat.
Muhammad SAW adalah acuan kita tentang seseorang manusia yang sudah mencapai hakikat. Dan ternyata Beliau tidak meninggalkan syariat.
Nah untuk mencapai hakikat, kita perlu mencari jalan yang bisa mengantar kita untuk mencapainya. Jadi jika kita bicara tarikat maka secara umum kita bicara mengenai jalan.. yaitu jalan menuju hakikat.
Nah, tarekat itu seringkali disebut sebagai berbagai macam aliran dalam sufi.
Kenapa begitu ? Sufisme itu difahami sebagai "ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memperoleh kebahagian yang abadi" seperti bisa dibaca di sini.
Nah apa yang dimaksud kebahagiaan abadi ? kebahagiaan abadi hanya bisa didapat ketika Allah SWT berkenan dan mau menerima kita serta manyayangi kita.