Mohon tunggu...
Sundari
Sundari Mohon Tunggu... Guru - Karyawati BUMN, Guru Mulok di Sekolah Dasar

Karyawati BUMN, Guru Mulok di Sekolah Dasar, Mahasiswa Pascasarjana PIPS Unikama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengunggu Pemimpin Negeri

18 Juni 2019   09:52 Diperbarui: 18 Juni 2019   09:54 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemimpin yang baik tentu saja akan dicintai seluruh rakyatnya adalah yang bisa dipercaya, jujur mengayomi rakyatnya. Banyak kegiatan diskusi dan tulisan yang diunggah dan ditulis di berbagai media yang menyatakan adanya kebutuhan untuk memperoleh pemimpin yang lebih sesuai dengan spirit reformasi, yakni pemimpin yang demokratis yang kredibel, yang berpihak pada rakyat, egaliter, dan tidak menggunakan cara-cara yang otoriter dalam membuat keputusan dan kebijakan publik. 

Dilihat dari paradigma psikologi kognitif, khususnya kognisi sosial, kemampuan mengambil perspektif orang lain memainkan peran penting dalam mempengaruhi keektifan kepemimpinan demokratis. 

Oleh karena itu salah satu cara untuk memperoleh pemimpin demokratis di masa depan adalah dengan mengembangkan kemampaun mengambil perspektif orang lain pada generasi muda. Dalam hal ini lembaga pendidikan di sekolah menengah dan universitas dipandang menjadi lingkungan paling tepat untuk menyelenggarakannya.

Rakyat Indonesia saat ini sedang menunggu hasil perhitungan suara pemilihan presiden, dan tentunya ada perasaan yang membuat tidak nyaman bagi sebagian orang. Menunggu pemimpin Nasional di tengah percaturan internasional, pada saat ini sangat penting kita cermati bersama di tengah-tengah suasana persaingan global yang makin meruncing. 

Pemilihan pemimpin Nasional yang memiliki jiwa kepemimpinan nasional yang tepat terasa sangat penting, agar Indonesia bisa menempati posisi terhormat di dunia Internasional. Perubahan sosial politik dan budaya ini menghasilkan pergeseran tatanan yang sebelumnya dianggap mapan, karena telah mengalami proses reformasi. 

Proses tersebut diikuti dengan bergulirnya proses demokrasi yang ditandai dengan otonomi daerah semakin kuat, pembagian kekuasaan yang lebih merata. Perubahan bidang ekonomi global memicu perkembangan/perubahan organisasi makin dinamis, di Indonesia mempengaruhi sikap para pemimpinya untuk hidupkan ketergantungan Internasional (Asing) sulit dihindari. 

Aspek sosial budaya, masuknya pengaruh nilai--nilai barat lewat perkembangan teknologi informasi yang cepat menimpa generasi muda. Perubahan teknologi melahirkan dua efek ke negeri kita yaitu pertama positif melahirkan tokoh-tokoh muda yang inovatif dan visioner, sedang sisi lain efek negatif berupa beberapa perilaku kurang terpuji karena melahirkan perilaku meniru dengan menyerap hal-hal yang mudah diserapnya yang belum tentu mengarah pada hal yang produktif, seperti suka bermalas-malasan, narkoba dan kenakalan remaja. 

Demikian pula di kalangan pejabat hampir sama seperti narkoba, hilang rasa malunya untuk melakukan sesuatu yang tidak baik seperti korupsi, kolusi (jualbeli jabatan yang kini sudah mulai terhambat ruang geraknya).

Pemimpin Cerdas di Era Revolusi Industri 4.0

Indonesia mempunyai kurang lebih 17 ribu pulau, beragam bahasanya, karakter, etnis, suku, kepercayaan dan agama. Sehingga, untuk memimpinnya membutuhkan kesabaran, kearifan dan wawasan yang luas. Pemimpin yang memiliki kecepatan dalam membuat keputusan. Di era 4.0 ini, segala sesuatunya berubah dengan cepat.

Jaman dimana pemimpin hanya berada di kantor dengan komputer dan bekerja dengan data setelah terkumpul sudah dirasa lambat. pemimpin harus turun dan melihat pemimpin perlu mengevaluasi dan mengontrol tim bersama sama, feedback atau masukan perlu dilakukan secara konstan dan terintegrasi bukan hanya secara internal tetapi juga terhubung dengan pihak eksternal seperti klien dan supplier.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun