Mohon tunggu...
Bunda Khadijah
Bunda Khadijah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

I am Indonesian, married, mother of 3, moslem...: "Mari Tegakkan Shalat."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkah Moratorium TKI ke Arab Saudi

30 Desember 2012   17:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:47 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi yang dilakukan Pemerintah Indonesia sejak tanggal 1 Agustus 2011, awalnya membawa awan mendung bagi dunia usaha di Saudi, namun kemudian berubah membawa berkah yang besar.  Kami disini yang dimaksudkan adalah golongan pemilik kantor agency atau Penyelenggara Tenaga Kerja Asing (PJTKA) yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Maktab Lil-Isteqdam.

Saya akan mencontohkan diri saya sendiri.  Selama kurang lebih 16 tahun kantor kami di Kota Madinah hanya bergerak mendatangkan tenaga kerja dari Indonesia dan Philipina.  Sedangkan pada tahun 2011 hampir serentak kedua negara tersebut melakukan moratorium atau penundaan pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi yang berarti matinya saluran usaha kami.

Siapa sangka moratorium dari Indonesia dan Philipina malah membawa berkah besar bagi kami.  Hal ini terjadi karena setelah banned dengan kedua negara tersebut, dalam bulan yang sama Pemerintah Saudi membuka peluang usaha lebih lebar dengan dibukanya saluran visa tenaga kerja dari negara-negara Afrika seperti Ethiopia dan Kenya, Asia Selatan, Indo Cina (Vietnam dan Kambodia), dan Negara-negara Balkan seperti Bosnia.  Peluang usaha kami menjadi lebih luas dan mendapat dukungan serta banyak kemudahan dari  Pemerintah Saudi.  Upaya Pemerintah Saudi untuk mensubstitusi kebutuhan tenaga kerja baik sektor informal maupun semi formal di negaranya telah memacu gairah usaha yang lebih baik bagi internal Maktab Lil-isteqdam.

Saya contohkan, sejak bulan agustus 2011, Pemerintah Arab Saudi memberikan izin pada warga negaranya untuk mengajukan visa pembantu rumahtangga, supir, salon, penjahit, perawat, pengasuh bayi dsb berkewarganegaraan Ethiopia atau Habasyah. Sebelumnya tenaga kerja pembantu rumahtangga Ethiopia sudah banyak terlihat dipekerjakan di rumah-rumah orang Saudi namun sampai agustus 2011 mereka itu adalah tenaga kerja ilegal yang masuk dengan berbagai cara ke Arab Saudi, ada yang dengan visa Umroh, ada pula yang masuk menerobos perbatasan seperti kisah yang saya angkat disini.  Baru per agustus 2011, tumbuh perusahaan-perusahaan pengerah tenaga kerja di Addis Ababa, Ethiopia.  Pada awalnya warga Saudi ketakutan mengambil pembantu rumahtangga maupun supir dari Ethiopia dengan alasan yang paling utama adalah takut mudah kabur dari rumah mereka karena orang Ethiopia memiliki banyak family tenaga kerja ilegal yang sudah puluhan tahun mukim di Saudi.

Namun, lambat laun warga Saudi mulai menyukai pembantu dan supir Ethiopia.  Apalagi biaya rekruitmen yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan seorang pembantu Ethiopia tergolong murah, dengan waktu proses relatif sangat cepat, serta gaji yang relatif murah, dan sistemnya yang masih sederhana dibandingkan dengan Negara Indonesia maupun Philipina.  Saya perbandingkan sbb :

1.  Per Juli 2011, biaya untuk mendapatkan satu orang pembantu rumahtangga Indonesia adalah 2,500 - 3,000 USD, sedangkan biaya untuk mendapatkan pembantu Ethiopia per November 2012 hanya berkisar 1400 - 1600 USD.

2.  Gaji resmi pembantu Indonesia per 2011 adalah SAR 800, sedangkan gaji pembantu Ethiopia adalah SAR 700.

3.  Waktu proses sebuah visa pembantu rumahtangga sampai pembantu yang terpilih terbang ke Arab Saudi rata-rata berkisar  2 bulan - 3 bulan, sedangkan untuk Ethiopia karena sistem mereka masih sederhana tanpa adanya BLK dsb hanya memakan waktu sekitar 2 minggu - 1 bulan saja.

Bagi kami para pemilik kantor agency, berkah terbesar bisa digambarkan dengan adanya :

1.  Profit benefit yang dibandingkan dengan Indonesia maka Ethiopia berlipat lebih tinggi sekitar 500%.  Dalam sistem perekrutan tenaga kerja di Ethiopia tidak mengenal istilah sponsor daerah yang memakan komponen biaya sangat tinggi, juga tak ada pelatihan balai tenaga kerja, serta tak ada prosedur berbelit belit dalam medical dan proses penerbangan, sehingga banyak sekali komponen biaya yang tidak ada dibanding perekrutan di Indonesia.

2.  Adanya sistem badil atau penggantian tenaga kerja.  Dalam hal ini  sejak 5 tahun terakhir untuk negara Indonesia semua tidak memberikan garansi badil atau penggantian tenaga kerja apabila terjadi pemutusan hubungan kerja sebelum masa kontrak kerja berakhir.  Sedangkan untuk Ethiopia maka pihak pengerah tenaga kerja di Addis Ababa memberikan badil/pengganti bagi tenaga kerja yang rapidh amal atau tidak mau bekerja sesuai kontrak kerjanya. Caranya pihak tenaga kerja dipulangkan kembali ke Ethiopia dan pihak perusahaan di Ethiopia mengganti dengan tenaga kerja baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun