Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat untuk Nenek Bijaksana

9 Mei 2021   23:51 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:53 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: mindfood.com

Nin, begitu biasa ibuku atau nenek anakku disapa - Nin sapaan pendek akrabnya dan Ninin adalah kepanjangannya, punten, setelah ditimbang-timbang tentang permintaan Nin di surat yang lalu, juga melihat situasi terkini, seperti ini, mungkin punten (Bah. Sunda -- punten = maaf, permisi), saya setuju dengan usulan Ninin itu untuk tidak mudik (lagi) di tahun ini.

Sedih sih ya Nin, sudah dua tahun ini nggak nengok Ninin, paling lewat surat aja. Inginnya sih sekali-sekali lewat video call. Itu Nin, telpon-telponan yang ada gambar videonya itu. Tapi kondisi di rumah Ninin yang desanya masih jauh dari jangkauan internet. Walaupun katanya internet akan masuk di desa tempat Nin tinggal, tapi Nin ga seneng hape-hapean sih ya. Katanya bikin pusing aja kalau ada hape, ada telpon rumah, pusing suara deringannya yang bikin kaget itu.

Tapi dengan menerima info -info tentang Ninin melalui surat, sudah terbantukan mengobati rasa rindu ini. Cuma memang covid-19 ini makin menggila Nin. Nin sudah dengarkan tentang tsunami Covid-19 di India, yang bahkan konon katanya sudah mulai melebar ke negara tetangganya, yaitu Nepal, karena banyak warga India yang kabur ke Nepal. Di India sangat parah Nin.

Di India, Nin, akibat tsunami covid-19 ini, jumlah kematian per hari bisa mencapai 4000 orang. Parah kan ya Nin. Itu kalau lihat di televisi, kremasi dilakukan seolah tanpa henti dan bahkan sekarang ini katanya stok kayu bakar untuk proses kremasi ini sudah mengalami kelangkaan kayu tersebut.  Di tempat-tempat kremasi, kalau dilihat dari atas, antara kremasi jenazah satu dengan jenazah yang lain dilakukan sudah sangat berdekatan, karena keterbatasan lahan untuk proses krematorium ini. Jadi sambil menunggu jenazah yang lain dikremasi (antrian), jenazah yang baru masuk diletakkan begitu saja di jalan menunggu antrian. Covid-19 sangat menggila nih. Sangat menakutkan.

Insyaallah di Indonesia sih nggak akan seperti itu Nin, karena pemerintah di sini kan cukup tanggap menangani covid-19 ini. Hanya itu, betul yang Nin bilang di surat, masyarakat sekarang ini terlihat abai untuk mengikuti nasihat ibu yang 5 M itu (yang orang bilang sebagai: Ingat nasihat ibu -- patuhi 5 M). Ninin terus-menerus mengingatkan kami untuk mengikuti nasihat 5M itu (Memakai Masker, Mencuci tangan pakai sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan Membatasi mobilisasi dan interaksi). Insyaallah kami akan selalu patuhi nasihat Nin untuk menghadapi pandemi yang parah ini.

Jadi kita berlebaran atau berkangen-kangenan lewat surat aja ya Nin. Jangan memaksakan diri mudik, liburan, piknik, belanja di pasar, dan lain sebagainya sesuai prokes (protokol kesehatan) Covid-19.

Kalau sifat manusia Indonesia seperti yang Nin bilang di surat, bahwa Ninin juga melihat, terutama di lingkungan perumahannya Nin, banyak yang melanggar prokes Covid-19. Bermacam-macamlah alasannya, ada yang bilang karena lupa, kalau 'lokalan' aja sih nggak apa-apa sedikit melanggar covid-19, ada tentara Allah yang akan bantu, dan lain-lain, dan lain-lain. Bikin kita pusing kalau di dengerin.

Setuju bangeuds dengan permintaan Nin, untuk ikut himbauan dan anjuran-anjuran  dari pemerintah kita saja untuk menghindari covid-19 ini. Kata Nin, "kita harus nurut 3 perkara, yaitu guru, ratu, wongatuo karo." Yang artinya adalah di dalam kehidupan di muka bumi ini, sebagai makhluk sosial, kita sebagai manusia beragama perlu nurut pada tiga aspek tersebut, yaitu guru (bisa diartikan sebagai pendidik), ratu (pemerintah) dan wongatua karo (kedua orang tua kita sendiri) ketiga unsur ini menjadi suatu kepatuhan untuk kita selamat dunia akhirat dan terutama adalah terhindar dari covid ini.

Setuju juga nasihat Nin yang menyatakan bahwa puasa itu intinya adalah menahan diri. Yang bisa menahan perbuatan kita ya hati nurani kita sendiri terutamanya. Jadi kalau nggak dapat menahan diri, misalnya untuk tidak mudik, itukan berarti melanggar pemerintah toh, karena memaksakan mudik berarti melanggar peraturan dan dapat menyebabkan keburukan bagi yang didatanginya.

Sekali lagi, punten belum bisa mengunjungi Nin lagi. Mohon doanya ya Nin, agar kami yang tinggalnya di rantau beserta keluarga, tetap mohon doanya Nin, agar kami dapat diberi kekuatan dan kebaikan untuk menjalani kehidupan sehari-hari di bumi.

Nuhun ya Nin, dan punten. Semoga pandemi cepat berlalu dan kita betul-betul dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kita dengan aman dan sesuai yang dianjurkan oleh prokes covid-19 dan peraturan-peraturan pemerinrtah. Dan semoga di keluarga kita, tidak akan satupun yang terkena penyakit Covid-19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun