Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Itu Bukan Bakat, tetapi Keterampilan

13 April 2021   12:24 Diperbarui: 13 April 2021   12:38 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangat menulis bersama peserta pelatihan menulis (dok: pribadi)

Prinsip menulis itu bukan bakat, tetapi keterampilan, harus terus digalakkan, karena dari situlah awal perjuangan literasi dimulai, memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat seluas-luasnya melalui media tulisan. 

Tulisan dalam bentuk apa saja dengan tujuan agar dapat dibaca ataupun dijadikan acuan. Bisa postingan di media sosial, status whatsapp, blog, media online, majalah dan lain sebagainya. Selama itu berkategori positif, maka akan masuk ke dalam perbuatan memperjuangkan literasi.

Literasi sendiri secara umum diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, hingga memecahkan masalah dimana kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang berpendapat pula bahwa literasi  merupakan satu kesatuan utuh dan tidak dapat dipisahkan dari kemampuan berbahasa. 

Secara khusus, Unesco memberikan pengertian literasi pada kegiatan yang merupakan seperangkat keterampilan yang nyata, terutama dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks diperoleh oleh siapa dan dari siapa.

Kemandekan dunia literasi dapat berakibat fatal, dari mulai ketertinggalan dalam dunia ilmu pengetahuan - karena rendahnya minat dan kemampuan membaca, hingga berakibat pada dunia kesehatan bahkan hingga pollitik. 

Contoh kecil adalah yang terjadi dan viral baru-baru ini, yaitu ada ibu mertua yang menganggap susu formula itu haram hingga cucunya yang masih bayi berusia 34 hari diberi minum susu kambing dan madu. Akibatnya adalah sang bayi mengalami keracunan. Beruntung dapat ditangani secara cepat sehingga nyawa si bayi dapat terselamatkan. Ini akibat literasi tentang susu formula belum sampai pada si nenek tersebut.

Pentingnya literasi, termasuk dalam literasi yang bersifat agak 'serius' seperti kategori ilmiah populer, atau yang membicarakan topik-topik serius tertentu, tetap sangat  perlu untuk terus-menerus digalakkan. 

Seperti yang kemarin baru saja di laksanakan oleh P3SEKPI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim) bekerjasama dengan komunitas Vlomaya dan juga melibatkan Kompasiana sebagai salah satu pembicaranya, kegiatan yang bertajuk Pelatihan Menulis Ilmiah Populer inipun bertujuan untuk menciptakan pejuang-pejuang literasi di area yang digelutinya masing-masing.

Kegiatan pelatihan yang didasarkan pada judul besar kegiatan 'PELIBATAN PUBLIK' (Engagement Activity) merupakan bagian dari Kegiatan penelitian Enhancing Community- Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016-2021) yang akan berakhir di tahun ini, tahun 2021. 

Kegiatan penelitian yang merupakan kerjasama Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) telah melampaui masa lima tahun kegiatan penelitiannya. 

Tentu sudah banyak yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Beberapa hasilnya disampaikan dalam kegiatan Pelibatan Publik ini yang berlangsung selama 2 (dua) hari, tanggal 7 dan 8 April 2021 dan dilaksanakan secara hybrid - online dan offline. Kegiatan offline dilangsungkan di Hotel Sheraton Bandar Lampung.

Melalui zoom meeting juga (dok: Djati W.)
Melalui zoom meeting juga (dok: Djati W.)
Di hari pertama diisi dengan pemaparan banyak materi dari pihak pemerintah pusat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), pemerintah daerah (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung), Pengusaha industri berbasis kayu (PT. KPSA), Perwakilan petani (dari Gapoktan Tani Maju), kalangan akademisi (akademisi Universitas Lampung) dan tentu saja pemaparan para peneliti tim ACIAR-CBCF yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir melakukan penelitian terkait CBCF di Provinsi Lampung. 

Semua pemateri diupayakan memfokuskan paparannya yang mengarah pada pembahasan tentang: 'Penguatan Perhutanan Sosial: Menghubungkan Hasil Riset dengan Kebijakan, Petani, dan Pasar.

Sementara di hari kedua, acara difokuskan pada pelatihan literasi yang bertemakan Pelatihan Menulis Ilmiah Populer. Didapuk sebagai pembicara adalah kang Bugi (that's me) - Ketua komunitas Vlomaya Kompasiana, yang juga merupakan peneliti Sosiologi Kehutanan. 

Pembicara kedua adalah mas Kevin Anandhika Legionardo, yang menjabat sebagai Community Superintendent di media online Kompasiana - yang merupakan salah satu media dibawah Kompas-Gramedia Group.

Mas Kevin & kang Bugi (dok: P3SEKPI)
Mas Kevin & kang Bugi (dok: P3SEKPI)
Materi yang dibawakan dengan tema yang paralel antara pembicara pertama dan kedua ini menekankan pada  fungsi pentingnya literasi, tugas kita (para pejuang literasi) sebagai penyedia konten berita/informasi di era UGC (User Generated Content) dan juga sebagai 'JEMBATAN' antara SCIENCE (Ilmu Pengetahuan) dan SOCIETY (Masyarakat luas).

Termasuk hak penting yang dikedepankan dalam acara pelatihan ini adalah bahwa kita semua ini pada dasarnya bisa menulis, karena sejatinya MENULIS adalah KETERAMPILAN. Menulis BUKAN bakat. Sehingga tidak ada alasan untuk kita tidak menulis. Jadi, bila kita tidak menulis, maka itu bukan dikarenakan kita TIDAK BISA menulis, tetapi kita TIDAK MAU menulis. Setuju kan?!

Lebih lanjut pembicara pertama menyatakan bahwa karena bentuknya keterampilan, maka untuk menjadi terampil, sangat diperlukan proses latihan yang terus-menerus dan berkesinambungan. 

Lalu, bagaimana proses latihannya? Hanya satu bentuk saja, namun harus dilakukan secara berulang-ulang, yaitu: berlatihlah menulis dengan menulis, berlatihlah menulis dengan menulis dan berlatihlah menulis dengan menulis. Ya, dengan menulis itulah bentuk latihan utama dari proses tulis-menulis.

Dikiaskan saat materi disampaikan oleh pembicara tentang bagaimana pentingnya latihan menulis dengan menulis yang terus-menerus dan berkelanjutan itu. Lihatlah seorang anak yang sedang belajar berjalan. 

Untuk dapat meningkatkan kemampuannya berjalan, hanya satu bentuk latihan yang perlu dilakukan, yaitu mencoba terus untuk dapat berjalan dengan kedua kakinya dan terus mencoba, walau harus dengan proses yang melelahkan bahkan menyakitkan, yaitu jatuh bangun, terpentok meja dan lain sebagainya.

Pengibaratan kedua adalah pada seorang anak yang sedang belajar naik sepeda roda dua. Diperlukan proses yang sulit juga saat kemudian dapat mengayuh sepeda roda dua ini. Yang tadinya adalah proses menyulitkan, menyakitkan, menjadi suatu proses yang menyenangkan, karena telah berhasil melampaui rintangan.

Di kedua proses di atas kadang tidak terlepas dari adanya pihak yang membantu. Seperti dalam proses belajar jalannya si anak, kadang ada orang dewasa yang membantu memegang tangan si anak ataupun menuntunnya agar si anak dapat segera berjalan. 

Demikian pula dalam proses bersepeda, kadang dibutuhkan seseorang yang lebih kuat untuk membantu memegang bagian belakang sepeda agar si anak tidak selalu jatuh saat mengayuhnya. Hingga si anak kemudian berhasil melakukannya sendiri.

Proses pendampingan tersebut di atas dapat dianalogikan dengan proses pelatihan ataupun mentoring setelahnya. Proses membaca literatur ataupun referensi lain terkait bagaimana menulis ilmiah populer yang benar, di sini, termasuk dalam kategori pendampingan tersebut. 

Dengan memperoleh 'pendampingan' diharapkan proses lahirnya pejuang-pejuang literasi, yaitu para Kompasianer-Kompasianer baru akan semakin lancar dan bernas. 

Dari proses di hari kedua saja nampak jelas proses itu. Dari berbagai kesulitan yang dikeluhkan peserta, yang total offline dan online mencapai sekitar 160 peserta itu, kemudian dapat teratasi dengan cepat dan telah dihasilkan tulisan-tulisan yang telah diupload di Kompasiana.

Itu harapan kami para pembicara dan semoga menjadi harapan kita semua. Just keep in mind: Menulis adalah keterampilan dan bukan bakat.

Foto bersama seluruh peserta pelatihan menulis (dok: P3SEKPI)
Foto bersama seluruh peserta pelatihan menulis (dok: P3SEKPI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun