Mohon tunggu...
Pengkuh Budhya Prawira
Pengkuh Budhya Prawira Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keluarga di atas segala-galanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepemimpinan Tanpa Kemampuan Intelektual dan Kemampuan Manajerial

1 April 2019   18:34 Diperbarui: 1 April 2019   21:37 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malas sebenarnya sekarang-sekarang ini kalau mau menulis topik yang berhubungan dengan politik. Soalnya sekarang ini banyak sekali buzer dan fans 'super alay' pemuja paslon tertentu yang terlalu reaktif sehingga tidak mampu menempatkan setiap masalah sesuai proporsinya. Masih mending kalau menggunakan bahasa yang sopan, kadangkala dibumbui caci maki dengan menggunakan bahasa hutan rimba yang tidak berlaku di dunia manusia.

Namun melihat maraknya berbagai postingan mengenai situasi politik sekarang ini yang cenderung memanas menjelang Pilpres 17 April yang akan datang, memancing saya untuk ikut andil dalam pergolakan tersebut. Apalagi berbagai postingan yang tersebar seolah-olah tidak ada relevansinya dengan pemilihan Presiden yang akan menjadi pemimpin bangsa ini selama 5 tahun berikutnya.

Masih jarang sekali ditemui postingan atau tulisan yang mengungkap mengenai bagaimana pemerintahan Jokowi selama ini dan lima tahun berikutnya jika Jokowi terpilih lagi, dan bagaimana konsep atau strategi pemerintahan yang dijalankan oleh Prabowo apabila yang terpilih untuk menggantikan petahana dalam periode berikutnya. 

Postingan demi postingan ataupun tulisan demi tulisan lebih banyak mengungkapkan sisi buruk perilaku lawan politik baik itu perilaku di masa lalu ataupun masa kini. Kalau dilihat, masyarakat sekarang ini jadi seperti kumpulan tukang gunjing yang selalu siap sedia mengintip gosip baru mengenai keburukan kelompok paslon yang menjadi lawan politiknya.

Padahal yang dibutuhkan sekarang ini justru bagaimana kemampuan calon yang akan kita pilih nanti pada 17 April dalam memimpin bangsa ini ke depannya. Kemampuan tersebut tentunya tidak hanya berbicara masalah kemampuan personal calon presiden tetapi bagaimana strategi yang mau dijalankan oleh masing-masing calon dalam menjalankan pemerintahan ke depan. 

Jadi berbicara kemampuan pemimpin itu bisa dilihat dari dua sisi yaitu kemampuan personal menempatkan dirinya sebagai pemimpin dalam mengoptimalkan segala daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan strategi yang akan dijalankan yang dituang ke dalam visi misi yang kemudian jika terpilih akan diimplementasikan dalam roda pemerintahan yang akan datang.


Tulisan ini mungkin tidak bisa lepas dari keberpihakan karena sejujurnya melalui tulisan ini justru untuk mengungkapkan bagaimana strategi pembangunan yang lebih tepat dilaksanakan untuk negara kita tercinta ini.

Dalam suatu sistem, manusia itu bisa digolongkan menjadi tiga, yaitu golongan pekerja, intelektual dan pemimpin. Ketiga golongan itu dibedakan karena latar belakang pendidikan yang dimiliki. 

Latar belakang pendidikan yang saya maksud di sini bukan dalam arti latar belakang pendidikan formal, tetapi semua elemen yang membentuk diri seseorang dari mulai latar belakang keluarga, kebiasaan membaca, pendidikan formal, lingkungan pergaulan dan lain sebagainya. Latar belakang tersebut menjadikan sebagian golongan manusia memiliki kemampuan intelektual dan manajerial, dan sebagian lainnya tidak.

Seorang pemimpin adalah mereka yang seyogyanya mempunyai kedua kemampuan tersebut sehingga mampu merancang suatu strategi yang tepat dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan sesuai dengan strategi yang dirancangnya.

Apa akibatnya jika seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan intelektual dan kemampuan manajerial?

Saya jadi ingat hikayat masa lampau yang mungkin sedikit saya sesuaikan bahwa katanya manusia ini diciptakan dari tubuh dewa yang mencincang-cincang dirinya menjadi manusia. Sebagian manusia diciptakan dari bagian kepala, sebagian lainnya diciptakan dari bagian tangan, sebagian lagi dari bagian tubuh (perut), dan sebagian lainnya dari bagian kaki. 

Hikayat ini sebenarnya menggambarkan teori kepemimpinan bahwa seorang pemimpin itu selayaknya harus seperti kepala, sedangkan aparat pemerintah itu selayaknya harus seperti tangan, pengusaha dan badan usaha seyogyanya bekerja layaknya perut dan rakyat seumumnya menjadi kaki sehingga sistem itu bisa berjalan dengan baik. Namun baik tidaknya sistem itu berjalan sangat bergantung kepada kepala sehingga semua organ tubuh yang lain menjalankan instruksi sesuai dengan yang diarahkan oleh kepala.

Bagian kepala manusia itu merupakan kumpulan organ yang berfungsi untuk mengarahkan tubuh sehingga berjalan ke arah yang tepat. Arah yang dituju ini adalah hasil proses kerja otak berupa gambaran demi gambaran mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam hidup. 

Berdasarkan gambaran itu maka akan terpatri menjadi tujuan yang ingin dicapai yang menggunakan mata sebagai penerang jalan. Pada sisi lain, kepala juga dilengkapi oleh hidung, mulut dan telinga yang menjadi indera yang membantu tubuh supaya tetap sesuai dengan arah yang diinginkan.

Begitulah seharusnya seorang pemimpin, bekerja layaknya kepala yang didalamnya ada otak, mata, hidung, dan mulut. Begitupun seorang presiden, selain harus memiliki kemampuan intelektual dan manajerial, juga dilengkapi oleh organ-organ yang bekerja layaknya hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, dan mulut untuk berkomunikasi baik dengan aparat lainnya maupun dengan rakyat seumumnya.

Sedikit saya mengulas fungsi organ lain dalam sistem. Aparat seharusnya bekerja selayaknya tangan. Fungsi tangan itu dalam hubungan dengan gerak tubuh sebenarnya lebih cenderung dalam hubungan dengan defense mechanism, yaitu alat yang digunakan oleh manusia untuk mempertahankan diri dari gangguan dari luar sperti misalnya kalau ada nyamuk di bagian kaki, maka tangan melaksanakan fungsi tersebut untuk mengusir gangguan tersebut. 

Dalam sistem tubuh sebenarnya tidak ada tugas tangan itu untuk memukul organ yang lain dalam tubuh. Begitupun dalam suatu sistem, aparat seyogyanya berfungsi sebagai alat defense mechanism bekerja untuk melindungi organ lainnya baik itu organ kepemimpinan, pengusaha dan badan usaha serta rakyat seumumnya.

Pengusaha dan badan usaha dan termasuk di dalamnya organisasi keuangan yang berhubungan dengan berjalannya perekonomian suatu negara memiliki fungsi sepertihalnya bagian tubuh perut dan sekitarnya. Pada bagian ini, fungsinya secara umum adalah sebagai alat metabolisme sehingga menunjang pergerakan tubuh sehingga memiliki daya dan energi yang cukup untuk bergerak. 

Pengusaha, badan usaha, dan organisasi keuangan lainnya ini merupakan nyawa dari jalannya roda perekonomian suatu sistem sehingga sistem tersebut bisa berjalan sebagai mana mestinya. Dari organ inilah mengalir energi yang membuat setiap organ yang lain bisa berjalan secara optimal. Namun, gerak organ inipun tidak terlepas dari arahan organ pemimpin yang menjadi organ kepala di dalam suatu sistem.

Terakhir adalah organ kaki yang menjadi alat untuk menggerakkan seluruh tubuh ke arah yang dituju. Seumumnya rakyat inilah kaki sehingga apabila bagian tubuh lain tidak mampu mengalirkan energi ke bagian kaki, maka tubuh secara keseluruhan akan lumpuh dalam arti tidak mampu bergerak secara optimal untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Rakyat inilah sebenarnya yang menjalankan setiap strategi pembangunan yang dicanangkan oleh pemimpin, sedangkan organ yang lain sebenarnya hanya berfungsi supaya setiap organ berfungsi dengan baik. Jadi, kaki negara ini adalah rakyat seumumnya yang mengusung (mengangkat) pemimpin, aparat, dan pengusaha supaya bisa mencapai tujuan yang diharapkan.

Bagaiama apabila pemimpin itu tidak memiliki kemampuan intelektual dan manajerial?

Sistem demokrasi yang berlaku sekarang ini memungkinkan seorang pemimpin itu muncul dari kalangan bawah. Dengan adanya sistem demokrasi, terutama dengan pemilihan langsung oleh rakyat, memungkinkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan intelektual dan manajerial menjadi seorang pemimpin (presiden). Padahal sebenarnya tujuan dari demokrasi itu sendiri sebenarnya adalah menemukan seorang pemimpin terbaik sehingga seharusnya walaupun pemilihan seorang calon presiden itu dilakukan melalui mekanisme suaru terbanyak, tetapi sebagaimana halnya organ kepala harus memiliki kemampuan intelektual dan manajerial sehingga mampu mengarahkan organ yang lain ke arah yang diharapkannya.

Seorang presiden yang tidak memiliki kemampuan intelektual tentunya tidak akan mampu merancang strategi yang tepat demi pembangunan bangsa. Tanpa kemampuan intelektual yang memadai juga, seorang presiden tidak akan mampu memberikan penjelasan yang lugas dan jelas bagi pembantunya, rakyat atau pihak lain di luar sistem (negara). Sementara itu, tanpa kemampuan manajerial yang cukup, seorang presiden tidak akan mampu mengarahkan organ yang lain sesuai dengan strategi yang dicanangkannya.

Apa akibatnya jika seorang presiden tidak memiliki kemampuan intelektual dan manajerial?

Jika kepemimpinan tidak ditunjang oleh kemampuan intelektual, maka kepemimpinan tersebut tidak akan memiliki arah yang jelas, karena ketidakmampuan pemimpin untuk menyusun strategi pembangunan yang sesuai dengan harapannya. Akibatnya, pemimpin tersebut akan meminjam kepala yang lain untuk mengisi kekosongan tersebut, sehingga strategi yang dicanangkan adalah merupakan kumpulan dari banyak kepala orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan begitu banyak harapan dan kemauan baik itu harapan baik maupun harapan busuk. Presiden tidak mempunyai pendirian yang kuat karena besarnya ketergantungan terhadap begitu banyak kepala yang mengarahkan tugas beliau.

Apabila kepemimpinan tidak ditunjang oleh kemampuan manajerial, maka pemimpin tidak akan mampu mengarahkan organ lain untuk bergerak sesuai dengan strategi yang dicanangkan.

 Setiap organ akan seperti buta karena bergerak tanpa arahan, sehingga setiap organ bergerak tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin. Karena ketidakmampuan manajerial seorang pemimpin membuat banyaknya mis-komunikasi antar organ yang dipimpinnya. Tidak ada keharmonisan antara tiap organ baik dimulai dari organ pelengkap kepemimpinan, aparat pemerintah, pengusaha, organisasi keuangan bahkan rakyat itu sendiri. 

Organ demi organ bergerak sendiri sesuai maunya sendiri tanpa mau memikirkan keberlangsungan sistem. Orang-orang di sekitar presiden berbicara, mengeluarkan statement dan bergerak sesuai maunya masing-masing dengan tidak mempertimbangkan wibara seorang presiden. Aparat yang seharusnya menjadi alat body defense mechanism, menjadi alat pemukul bagi organ lainnya terutama rakyatnya sendiri karena tidak adanya arahan yang jelas dari seorang pemimpin.

Karena tidak adanya kemampuan intelektual mengakibatkan seorang presiden selalu menerima masukan dan bisikan dari orang sekitarnya yang dianggapnya baik, walaupun akibatnya membikin bangsa ini menjadi terkotak-kotak antara satu golongan dengan golongan yang lain. Padahal seyogyanya seorang pemimpin itu mengayomi semuanya dan mengarahkan setiap organ untuk bergerak sesuai fungsinya. 

Seperti dalam satu tubuh, apabila satu bagian tubuh itu sakit, seyogyanya bagian tubuh itu disembuhkan, bukan dipotong atau dibuang, kecuali memang sudah tidak ada mekanisme apapun yang bisa menyembuhkan bagian tubuh yang sakit tersebut. Dan apabila satu organ memang sudah seharusnya dipotong atau dibuang, maka seharusnya juga pemimpin menggerakkan aparat yang berfungsi sebagai tangan untuk memotong organ tersebut sehingga tidak terus berpolemik dan membuat negara ini ricuh tanpa henti.

Apabila kepemimpinan tanpa kemampuan intelektual dan manajerial, maka pemimpin tersebut hanya sebagai simbol, bukan lagi menempatkan diri sebagai pucuk pimpinan tertinggi dalam suatu negara. Tidak boleh ada kepala di atas kepala, karena kalau begitu, untuk apa dilakukan pemilihan presiden sebagai panglima tertinggi republik ini.

Pemimpin sebagai simbol tentunya hanya dibutuhkan dengan kriteria yang sangat sederhana yaitu bahwa pemimpin dimaksud haruslah seorang yang baik, bersih baik itu dilihat dari riwayat hidup masa lalu maupun masa kini. 

Sebagai simbol, seorang pemimpin hanya layaknya pajangan yang harus dilihat oleh rakyat setiap hari sebagai seorang yang bener-bener bersih. Oleh karena itu, setiap hari selalu ada petugas yang bertugas menjaga kebersihan pemimpin tersebut. 

Pembentukan citra diri sebagai sosok yang bersih sangat diperlukan apabila seorang pemimpin itu hanya berkedudukan sebagai simbol di dalam suatu sistem, dan citra diri itu didukung oleh segala daya (buzer, media, aparat dan organ-organ lainnya) yang dimiliki sehingga citra itu akan selalu  bersih dan terlihat bersih.

Tidak ada yang salah secara hukum apabila kepemimpinan tidak dibarengi dengan kemampuan intelektual dan manajerial. Begitupun dengan sistem demokrasi, memungkinkan siapapun untuk menjadi seorang pemimpin. Namun selayaknya pemimpin itu tidak hanya sebagai simbol tetapi adalah seseorang yang memiliki karakter yang kuat sebagai pemimpin sehingga mampu menempatkan dirinya sebagai kepala dari setiap organ yang ada di dalam negara termasuk rakyatnya tanpa terkecuali.

Mudah-mudahan dari apa yang saya tulis ini bisa memperjelas bagaimana seharusnya seorang pemimpin itu dipilih sehingga kita bisa bermimpi mewujudkan negeri ini sesuai dengan yang diharapkan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun