Mohon tunggu...
Budi Prathama
Budi Prathama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuliah di Universitas Sulawesi Barat. Hobi nulis lepas sambil minum kopi. Ngobrol di IG @budi.prathama

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Belajar dari Pengalaman untuk Menggapai Bintang

15 Maret 2021   13:27 Diperbarui: 15 Maret 2021   13:30 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sepositif.com

Setiap manusia yang hidup di dunia ini tentu memiliki cara masing-masing dalam menjalaninya. Dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, namun uniknya dapat menyatu dalam keberagaman dan ciri khasnya. Dengan itu pula level manusia ada yang di bawah dan di atas.

Beragamnya pekerjaan dan latar belakang kita, sehingga perjuangan untuk mengahadapi tantangan itu juga akan berbeda-beda dalam menggapai mimpi dan cita-cita. 

Akses untuk mewujudkan segala mimpi sering saja tidaklah begitu mudah. Beda halnya bagi mereka yang memiliki banyak aset dan harta benda, tentu mereka merasa mudah untuk mewujudkan mimpinya. 

Namun, bagaimana nasib mereka yang tidak memiliki banyak hal seperti modal dan akses memadai. Berangkat dari latar belakang keluarga yang sederhana atau masyarakat golongan bawah tentu akan berbeda bagi mereka yang status sosialnya berada pada golongan atas. 

Seperti yang saya rasakan, tinggal di daerah pelosok dan juga keluarga tidak berpunya. Status orang tua sebagai golongan masyarakat biasa dengan pekerjaan sebagai petani dan penghasilan secukupnya saja. 

Dengan kondisi itu, sehingga kebutuhan dan keinginan tidak selamanya dapat diwujudkan dengan baik. Bukan karena kurangnya usaha, melainkan ada akses yang tidak selamanya mampu dijangkau jika dibandingkan dengan orang-orang yang berpunya. 

Misalnya orang kaya dengan mudahnya dapat memiliki laptop sebagai penunjang untuk menambah wawasan, sedangkan kita sebagai golongan masyarakat bawah tentu butuh waktu dan perjuangan untuk bisa mendapatkan benda tersebut. 

Artinya bahwa laju untuk mewujudkan kebutuhan akan berbeda antara orang kaya dengan orang miskin, dan akan mengalami ketimpangan yang disebabkan karena akses peluang tidak sama. Kondisi seperti inilah yang dikatakan filsuf ekonomi dari India Amartya Sen bahwa "kemiskinan terjadi disebabkan karena akses peluang yang berbeda antara orang kaya dengan orang miskin". 

Itulah salah satu problem sebagai golongan masyarakat bawah termasuk yang saya rasakaan ini. Selain itu, dari sisi pribadi sebagai seorang pendiam dan terkadang bersikap apatis terhadap kondisi yang terjadi. Sifat pemalu yang melekat dalam diri dan itu sangat menghambat proses laju pengembangan kita. Saya sangat merasakan bagaimana kita tertinggal jauh karena malu untuk berbuat atau tidak percaya terhadap kemampuan sendiri. Akibatnya, kita hanya menjadi penonton diatas suksesnya orang lain. 

Dengan karakter pemalu dan pendiam sehingga membuat saya tidak mempu beradaptasi dengan teman-teman yang lain ketika berada dibangku sekolah. Apa yang saya lakukan hanyalah datang ke sekolah tanpa memperhatikan  proses pengembangan potensi diri, ini disebabkan rasa taku terus menyelimuti dalam diri. Kondisi demikian membuat saya, ketika ada kegiatan-kegiatan pengembangan diri,  saya tidak pernah mengikuti karena takut ataupun malu. Dan kondisi itu berjalan semenjak berada di bangku sekolah hingga lulus.

Setelah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), saya sangat bertekad untuk dapat melanjutkan pendidikan selanjutnya di perguruan tinggi. Alasan saya kuat agar dapat keluar dari segala kondisi yang ada, baik dari latar belakang keluarga sebagai golongan masyarakat bawah maupun berasal dari sendiri sebagai seorang yang tidak memiliki apa-apa dengan karakter pemalu yang terus bersemayang dalam diri. 

Meskipun, keinginan tersebut sempat mengalami hambatan karena faktor ekonomi yang tidak terlalu mendukung, namun Tuhan masih memberikan jalan kepada saya untuk diberikan kesempatan kuliah di daerah sendiri. Meskipun, awalnya tidak sesuai dengan impin karena sangat mengidolakan dapat kuliah di laur daerah sebagai daerah yang maju. Tetapi, saya bersyukur karena masih mempunyai prinsip bahwa dimana pun kita bisa belajar dan mengembangkan diri, hanya saja tergantung dari kita bagaimama memposisikan diri untuk terus berjuang dalam kondisi apapun. 

Dari masaa lalu sebagai seorang pemalu dan pendiam, saya hanya bertekad untuk dapat merubah semuanya. Kesempatan yang telah dititipkan Tuhan kepada saya untuk dapat kuliah adalah salah satu jalan untuk memperbaiki kekurangan dalam diri saya. Saya pun menjalaninya dengan penuh semangat, kerja keras dan ketekunan. Apa yang saya usahakan tidaklah sia-sia, terjadi perubahan secra drastis dalam pengembangan diri saya. Orang yang dulunya dengan karakter pendiam, tetapi itu mampu perlahan saya rubah pada saat kuliah. 

Apa yang saya lakukan adalah dengan memanfaatkan berbagai organisasi di kampus. Organisasi tersebut saya jadikan sebagai wadah untuk merubah karakter pendiam dan pemalu, menjadi orang yang bisa tampil dengan percaya diri. Alhasil, saya pun diberikan kepercayaan sebagai ketua di salah satu lembaga di Majene yakni Technology Computer Study Club (TCSC) periode 2017-2018. 

Cita-cita yang sangat saya impikan untuk dapat menjadi seorang penulis dan pembicara yang terhebat. Bagi saya menjadi penulis dengan independensi untuk dapat terus menyebarkan kebermanfaatan kepada orang-orang banyak. Sehingga itu dapat pula menjadi catatan kepada sejarah, bahwa saya juga pernah ada di bumi ini dengan karya yang diwariskan. 

Seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer bahwa "orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang dalam sejarah dan masyarakat". Artinya bahwa selama karya yang kita torehkan itu dapat dijadikan sebagai bahan motivasi atau dapat menyelesaikan masalah orang lain, maka hal itu tidak secara langsung membantu juga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun