Sistem itu menghambat pendidikan yang ramah penduduk miskin, mematikan kreativitas, dan merampas hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri.Â
Sebagai Penindasan
Penindasan tidak selalu hadir dalam bentuk kekuasaan otoriter dan kejam seram. Seringkali berhasil membangun citra diri ramah, joget-joget, full senyum. Â
Karena penindasan tidak selalu kasat mata, wujudnya penyekatan hasil ... sekat-sekat atau jalur-jalur. Jalur basah dan empuk bagi para kroni, sisanya melaju di jalur kering kerontang karena tiada pilihan. Tiadanya pilihan sama halnya dengan tiada kebebasan.Â
Jika seseorang yang bekerja tiga pekerjaan hanya untuk menafkahi keluarganya tidaklah bebas. Seorang perempuan yang terpaksa bekerja secara eksploitatif karena tidak punya pilihan lain tidaklah bebas.Â
Anak muda yang tumbuh dalam suasana kebatinan deprivasi / tertekan turun-temurun tidaklah bebas. Kemiskinan adalah penindasan karena ia merampas pilihan. Kemiskinan memaksa manusia hidup dalam mode bertahan, di mana impian jangka panjang menjadi kemewahan yang tak terjangkau.Â
Ketimpangan kekuasaan yang berkelindan dengan kemakmuran ekonomi, memungkinkan bahwa yang kaya mendikte pembuatan aturan main (kebijakan), termasuk dalam hal distribusi sumber daya ekonomi, yang celakanya menguntungkan mereka.Â
Sementara yang miskin tetap terperangkap dalam situasi tiadanya pilihan, utamanya karena terdesak oleh kebutuhan atau urusan perut.Â
Who's who?
Di Indonesia, Â tahun 2024, sekitar 25,22 juta jiwa atau 9,03% tidak mampu mengkonsumsi makanan harian seharga Rp.13.089.
Di pinggiran kota, uang sebesar itu hanya mampu menebus semangkuk mie ayam. Semangkuk mie ayam dasar (tanpa tambahan) mengandung 500-600 kkal. Jika dengan pangsit/kerupuk: 650-750 kkal. Jika kuah santan, kalori bisa mencapai 800-900 kkal.