Mohon tunggu...
Akung Be
Akung Be Mohon Tunggu... Pelajar Sepanjang Hayat

Pejuang Calistung

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Agar Sholeh dan Solechah Bungah, Ceria Kembali Masuk Sekolah.

7 Agustus 2025   14:50 Diperbarui: 16 Agustus 2025   04:19 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sholeh Anak Tidak Sekolah (Sumber: Bid Litbang Bappeda)

Hak konstitusional atas pendidikan bagi Sholeh, telah dipulihkan melalui program gumregah bungah atau bangkit dengan ceria. Program ini merupakan implementasi visi misi dan janji politik Bupati Magelang terpilih periode 2024-2029, Grengseng Pamudji. Program menyasar pada ATS (anak tidak sekolah) untuk kembali sekolah.

"Tenang mas, kamu masih punya harapan untuk sekolah. Besok berangkat ikut program gumregah bungah". Demikian, pesan Puji Lestari Kabid Litbang Bappeda, kepada Sholeh penyandang ATS karena kendala ekonomi. 

Aura keibuan Puji mampu mengubah hari-hari Sholeh yang semula gundah tidak sekolah, seketika bungah / ceria. Sebagaimana nampak dalam video insta, https://www.instagram.com/reel/DMvD-iguynz/?igsh=MTE0amhwMXhqcGQ0Yw==

Program gumregah bungah telah berhasil mengentaskan 1.674 ATS masuk kembali ke sekolah. Mereka adalah sebagian dari  penduduk usia 7-15 tahun yang tidak sedang bersekolah serta penduduk berusia 16-24 tahun yang tidak tamat SLTP. Menurut laman https://pusaka.magelangkab.go.id/  berdasarkan data monografi desa sebanyak 3.582 penduduk putus sekolah. 

Oleh karena itu, di balik kisah Sholeh ini, ada pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan: bagaimana memastikan lebih banyak anak yang tidak lagi kehilangan kesempatan belajar hanya karena kendala ekonomi / kemiskinan. 

Jika kendala tidak teratasi, ada resiko menjadikan anak-anak sebagai generasi yang hilang, yang kehilangan masa depan dan memperpanjang siklus kemiskinan. 

Sholeh Pasti Sekolah (Sumber: Bid Litbang Bappeda)
Sholeh Pasti Sekolah (Sumber: Bid Litbang Bappeda)

Kendala Untuk Terus Sekolah

1. Biaya langsung. Bagi banyak keluarga,  tidak mampu menanggung biaya pendidikan formal seperti seragam, buku, dan transportasi sering kali lebih memberatkan daripada sekadar SPP.

2. Biaya peluang. Bagi banyak keluarga yang tidak mampu / miskin, misalnya di daerah pedesaan, anak-anak kerap membantu orang tua bekerja di ladang atau menjadi buruh harian demi menambah penghasilan. Sehingga, pergi sekolah menjadi berarti kehilangan penghasilan

3. Eligible. Bagi banyak anak dari keluarga miskin, utamanya hampir miskin sering tidak memenuhi kriteria (eligible) sebagai penerima bantuan sosial. Misalnya, Program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) belum menjangkau seluruh anak yang membutuhkan. Hanya 60% anak putus sekolah yang menerima KIP (Kemendikbud 2023).

Keluarga miskin sering juga berarti miskin informasi, tidak terekspos sosialisasi program jaring pengaman sosial, maka banyak yang bahkan tidak tahu bahwa berbagai bantuan sosial.

4. Kendala Non-Ekonomi. Bagi banyak anak dari keluarga miskin justru dengan melakukan pernikahan dini, diskriminasi terhadap anak disabilitas, dan tidak menciptakan lingkungan mendukung iklim pendidikan.  Juga kurang tersedia akses pendidikan bagi  anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Langkah Nyata

Untuk mengatasi kendala bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk kembali sekolah,  membutuhkan langkah-langkah kongkrit, meliputi: pendataan, bantuan holistik, pendampingan dan mentoring, dan edukasi untuk orang tua. 

Pelibatan RT/RW dan dusun dan kepala desa untuk pengumpulan data mikro rumah tangga dari anak putus sekolah yang "belum tercakup" oleh sistem pendataan makro. 

Bagi ATS dari keluarga miskin beasiswa saja tidak cukup. Bantuan harus menyeluruh (holistik) mencakup: makanan bergizi di sekolah, transportasi gratis, dan penguatan  ekonomi keluarga.

Anak-anak ATS yang dibutuhkan bukan hanya uang. Mereka membutuhkan motivator, dukungan psikologis, dan figur pembimbing, maka perlu pendampingan dan mentoring.  

Banyak keluarga miskin belum memahami pentingnya pendidikan, maka  "Sekolah Sampai Lulus" harus kampanyekan, terutama di daerah dengan angka putus sekolah tinggi.

Sholeh Yang Berkelas (Sumber: Bid Litbang Bappeda)
Sholeh Yang Berkelas (Sumber: Bid Litbang Bappeda)

Bukan Solusi Setengah Hati

Untuk membawa ribuan ATS yang sholeh dan shlehah atau laki-laki dan perempuan, untuk kembali sekolah membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan. 

Sebagaimana disampaikan Bupati Magelang Grengseng Pamudji, gumregah bungah kembali sekolah sebagai program inovatif dan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media, masyarakat dan desa.

Ketua Paguyuban Kepala Desa Heri Susanto menyatakan bahwa telah dianggarkan program gumregah bungah di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau APBDes. 

Dari Bidang Pemsosbud Bappeda, ada informasi berbagai benefit (manfaat) bagi ATS yang kembali sekolah. 1. BOSP (bantuan operasional satuan pendidikan); 2. BKK (APBD murni) nominal sama dengan BOSP; 3. Dari APBD ada program penanggulangan kemiskinan (Gulkin) berupa bansos setara PIP.

Sementara itu, untuk menggalang kontribusi masyarakat yang lebih luas telah diunggah video kampanye pengentasan ATS di berbagai platform. Lebih lanjut menurut Dhani Ernawati, video kampanye dimaksud telah menjadi finalis lomba inovasi di Kementerian PAN-RB. 

Saat ini giliran untuk ladang amal berkontribusi agar sholeh, sholechah, mawadah, warohman semuanya bungah kembali sekolah, dengan melakukan klik, like, share dan komen. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun