Arbain sempat kesulitan mendapat fotografer untuk mencapai lokasi yang terpencil dan tak mudah dijangkau. Maka petugas PLN yang bertugas di lokasi tersebut turut diperbantukan.
Pada akhirnya terciptalah buku ini yang ingin menggambarkan usaha PLN dalam menerangi negeri. Misalnya foto tiang listrik di tengah laut yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ada juga sebuah foto Pulau Messa di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang separuh pulaunya adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Di sesi selanjutnya, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo turut hadir memberikan apresiasi. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada para penulis buku.
Buku pertama merekam suatu perjalanan sejarah di mana ada keringat dan air mata serta pengorbanan luar biasa yang menghadirkan kekuatan di dalam PLN. Buku kedua merekam perjalanan PLN dalam visual yang sangat menyentuh.
Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gajah Mada, Deendarlianto  turut memberikan tanggapan. Ia merangkum perjalanan PLN menerangi Indonesia yang diceritakan dalam buku ini ke dalam lima periode, yaitu periode prakemerdekaan, revolusi hingga nasionalisasi, nasionalisasi, reorganisasi, dan era modern.
Dari sisi akademis, buku ini ditulis dengan baik, bahasanya lugas, sederhana, dan mudah dipahami. Deendarlianto berpendapat buku ini bisa dikategorikan sebagai karya ilmiah naratif kuantitatif yang dibutuhkan publik.
Banyak sekali informasi terbaru dari PLN yang dapat digunakan untuk pengembangan akademik dan bahan kuliah bagi mahasiswa.
Sungguh banyak insprasi yang bisa dipetik dalam acara "Kompas Talks: Bedah Buku 75 Tahun PLN Menerangi Negeri" ini. Saya jadi tahu perjuangan panjang yang telah dilalui PLN sampai saat ini yang bermula sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Perjuangan PLN dalam menghadirkan energi listrik ke berbagai pelosok daerah pun patut diapresiasi karena itu bukanlah perjuangan mudah. Semoga PLN bisa terus menerangi seluruh pelosok negeri dan semakin memajukan bangsa Indonesia.