Malam itu, saya dan Abner ngopi di sebuah coffee shop, di Citos. Kafe itu terletak pas di samping tangga jalan. Saya gak perlu nyebut nama tempatnya kali ya? Belakangan ini semua orang selalu mencurigai saya lagi beriklan setiap nyebut nama brand. Padahal saya cuma mau jujur aja nyebut saya lagi ada di mana, apa yang saya minum dan dengan siapa saya sedang berdiskusi. Tapi memang begitulah suka duka seorang storyteller. Saaaaah....!!!! Hueeek!!!!
Abner adalah temen lama saya. Pertama bertemu Abner waktu kami berdua ikutan kursus bahasa Rusia di Pusat Kebudayaan Rusia, Jalan Diponegoro, Menteng. Sekarang ini dia bekerja sebagai trainer khusus tentang digital dan Social Media. Kami janjian untuk menjajaki kemungkinan berkolaborasi bareng.
"Di Social media, lo gak boleh nulis panjang-panjang, Bud," kata Abner sambil menghirup kopinya.
"Kenapa gak boleh?"
"Karena semua orang mengandalkan HP-nya buat semua aktivitas: Termasuk membaca. Mereka males baca tulisan panjang di HP."
"Iya, gue setuju," kata saya lalu melanjutkan, "Apalagi kalo kontennya gak menarik, ya?"
"Biar kontennya sebagus apapun, tetep gak ada yang mau baca. Capek mata kita baca tulisan panjang," Abner berkata dengan suara yakin. Â
"Tulisan panjang itu ukurannya seberapa maksud lo?"
"Maksimal panjang tulisan adalah satu setengah halaman A4. Lebih dari itu, gak ada yang mau baca."
"Ah, gue beberapa kali nulis panjang, banyak juga yang baca..." bantah saya.
"Ada seratus visitor?"