"Sama. Buat saya juga biasa aja. Begitu juga nama 'Dewi' biasa banget. Atau 'Sari', nama standar, kan?"
Kali ini Si Mahasiswi gak menjawab. Rupanya dia lebih suka menunggu lanjutan omongan saya.
"Tapi ketika dia memberi isterinya yang orang Jepang dengan nama 'Ratna Sari Dewi'? Nah, tiba-tiba nama itu menjadi indah sekali."
"Iya juga, ya. Saya baru nyadar begitu Om Bud bilang,' kata anak itu mengangguk-angguk.
"Disitulah kepiawaian Bung Karno merangkai kata." kata saya lagi.
"Dari cara ngasih nama anaknya aja, Om Bud bisa menilai bahwa Soekarno itu hebat, ya?" sahut Perempuan berjilbab.
"Bukan cuma anaknya. Kalo kamu pernah denger nama-nama besar seperti 'Teguh Karya', Titiek Puspa', 'Rima Melati', itu semua Bung Karno yang kasih nama."
"Oh ya? Ini juga saya baru tau."
Sejenak kami berdua terdiam. Sang Mahasiswi masih mencatat-catat omongan saya dengan antusias. Sementara saya terpengaruh oleh omongan saya sendiri dan semakin kagum pada presiden pertama Indonesia itu.
"Dia juga menciptakan jargon-jargon terkenal, misalnya 'Inggris kita linggis. Amerika kita setrika'. Dan waktu negara kita ribut dengan Malaysia, kata-kata Soekarno sangat melegenda, 'Ganyang Malaysia.'"
"Apa lagi yang Om Bud ingat dari Bung Karno?"