Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis dan Mengisi Hari Tua

2 November 2017   11:53 Diperbarui: 2 November 2017   17:11 3204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Chappy dan Sapardi. Dok.pribadi

Perjalanan menuju usia dewasa memang rasanya lama banget. Tapi dari saat dewasa menuju masa tua, kalian akan takjub karena prosesnya secepat anak panah yang dilepas dari busurnya. Kita terlalu asyik dan sibuk bekerja di kantor, hampir setiap hari kita pulang malam dan larut dalam waktu. Jreng! Tiba-tiba kita memasuki usia pensiun. Lalu kita bergumam sendiri 'betapa cepatnya waktu berlalu.'

Setelah pensiun, kita mencoba mencari pekerjaan di tempat lain dan kita mengalami hal yang amat menyakitkan; gak ada lagi perusahaan yang mau menerima kita. Sebetulnya wajar banget kan? Kantor mana yang mau merekrut staff di usia pensiun? Tapi orang sering gak bisa menerima kenyataan itu, kita menyangkal bahwa kita sudah tua. Kita selalu yakin bahwa kita sama primanya dengan waktu kita muda dulu.

Saya sering menemukan senior-senior, om-om saya dan tante-tante saya merasa kesepian di hari tuanya, mereka merasa menjadi orang yang gak berguna dan bingung harus melakukan apa. Selanjutnya mereka menjadi pribadi yang menyebalkan karena kerjanya menelpon semua orang hanya untuk diajak ngobrol buat membunuh rasa kesepiannya. Kalo udah ngobrol, bisa makan waktu berjam-jam. Tentu saja orang yang ditelpon merasa terganggu karena mereka lagi sibuk di kantor atau sedang piknik di Bali bersama keluarganya. Jadi apa sebaiknya kegiatan yang bisa kita lakukan?

Untuk mengisi hari tua dengan kegiatan yang berkualitas, mungkin kita perlu belajar dari dua orang yang sangat saya kagumi. Yang pertama adalah kakak saya Chappy Hakim. Dia adalah Marsekal Purnawirawan Angkatan Udara dan mantan Kepala Staf Angkatan Udara, periode Tahun 2002 -- 2005. Setelah pensiun, dia justru hidupnya makin bahagia. Semangat hidupnya meningkat. Senyum dan tawanya makin sering terlihat. Kenapa? Karena dia punya hobby menulis. Bukankah sangat menyenangkan mengisi hari tua dengan kegiatan intelektual seperti itu?

Sudah lebih dari dua puluh buku yang dia terbitkan. Dan hebatnya lagi, semua buku itu dia tulis sendiri. Coba kita cari di negeri ini, ada gak jenderal bintang empat yang mampu menulis buku sebanyak itu. Memang kebanyakan buku yang dia tulis sebagian besar adalah tentang penerbangan. Tapi memang harus begitu karena kegiatan menulis hanya akan membuat bahagia ketika kita menulis tentang sesuatu yang kita tau dan kita suka. Desember tahun ini, Chappy akan memasuki usia 70 tahun. Dan konon gosipnya, di hari ulang tahunnya itu, dia akan launching sekaligus 7 buku, sesuai dengan usianya yang mengandung angka 7. Luar biasa!

Orang kedua yang saya idolakan adalah dosen saya waktu kuliah di Fakultas Sastra UI dulu, namanya Sapardi Djoko Damono. Mahasiswanya biasa memanggil dosen ini dengan panggilan SDD. Berbeda dengan Chappy Hakim, SDD ini memang dasarnya penulis. Sudah banyak banget buku-buku puisi yang dia terbitkan. Dia adalah guru saya dalam hal menulis. Tapi point saya bukan itu. Satu hal yang membuat saya kagum adalah semangat hidup SDD yang membuat saya geleng-geleng kepala. Tahun ini dia juga melaunching 7 buku sekaligus di Mal Taman Anggrek. Kenapa 7 buku? Seperti Chappy Hakim hal ini disesuaikan dengan usianya yang malahan terdiri atas dua angka 7 alias 77 tahun.

Yak, usia SDD sudah menginjak 77 tahun. Coba kita perhatikan orang lain yang seusia SDD? Kebanyakan udah sakit-sakitan dan tidak punya kegiatan sama sekali. Mungkin kesehariannya cuma terbaring di ranjang dengan selang-selang yang dimasukkan dokter ke rongga tubuhnya. Intinya banyak banget orang di usia manula yang menghabiskan hari hanya ngerepotin anggota keluarganya. Tapi tidak dengan Sapardi. Semangatnya luar biasa. Di usia yang sudah sangat uzur itu dia masih aktif menulis. Di usianya 77 tahun, dia masih semangat melakukan perjalanan ke berbagai kota di Indonesia untuk berbagi di seminar-seminar, memberi pencerahan pada generasi di bawahnya tentang penulisan.

Yang paling happening, di usianya yang 77 tahun, tiba-tiba SDD mendapat tawaran dari seseorang untuk memfilmkan novelnya yang berjudul "Hujan Bulan Juni." Luar biasa kan? Saya yakin film itu akan meledak. Di ajang FFI nanti pastinya film itu juga akan menerima salah satu penghargaan. Saya gak tau penghargaan apa tapi minimal satu penghargaan pastinya ada. Karena film yang diangkat dari novel berbau sastra yang ditulis oleh seorang Pujangga Besar Indonesia, tentunya akan membuat rikuh para juri untuk tidak mengganjarnya dengan award tertentu.

Ketika filmnya meledak nanti, pasti bukunya akan semakin dicari orang. Saya punya kecurigaan bahwa di usia 77 tahun ini justru adalah saat Sapardi mencapai puncak kejayaannya. Kalo dulu dia hanya dikenal di kalangan sastrawan dan penggemar puisinya, bisa jadi dia akan dikenal oleh semua orang termasuk generasi milenial yang cenderung galau. Puisi memang obat yang sangat manjur untuk menetralisir kegalauan. Saya akan sangat bahagia sekali jika puncak kesuksesan SDD tahun ini benar-benar terjadi. Sapardi adalah seorang pemikir hebat dan dia berhak mendapatkan penghargaan tinggi dari apa yang telah diperjuangkannya selama ini.

Apa yang bisa kita simpulkan dari semua paparan ini? Saya cuma ingin mengatakan isilah hari tuamu dengan menulis. Telah terbukti bahwa Chappy Hakim dan Sapardi Djoko Damono bisa mengisi hari tuanya dengan kegiatan yang berkualitas. Mereka sangat menikmati hidup dengan cara memanfaatkan usia dengan kegiatan intelektual. Mereka berdua telah membuktikan bahwa hidup di hari tua dengan menulis telah meningkatkan semangat hidup, membuat mereka semakin produktif bahkan bisa jadi membuat mereka justru merasa lebih baik dari jaman mereka muda dulu.

Menulis memang mempunyai banyak manfaat. Pertama mempunyai fungsi katarsis, yaitu penyucian jiwa. Artinya ketika kita sedang sedih atau galau, maka menulislah. Kalian akan terpesona dengan hasil yang diperoleh. Begitu kita sudah fokus menulis, maka hilanglah rasa sedih, galau dan rasa kesepian yang merongrong. Dengan menulis kita akan terhindar dari berbagai penyakit berat yang umumnya berasal dari psikosomatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun