Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Pikun dan Si Baper

13 Oktober 2017   16:25 Diperbarui: 13 Oktober 2017   16:34 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bud, temen-temen pada ngeluh, tuh. Katanya lo songong sekarang udah lupa sama mereka," kata seseorang bernama Yuyun sambil menghisap cerutunya dalam-dalam.

"Iya, ingatan gue udah payah, nih," kata saya, "Kalo yang cowo-cowo pada kesel sih gue gak peduli. Tapi tadi ada yang namanya Nina marah banget gara-gara gue lupa sama dia."

"Kalo lo gak inget sama yang lain, kita mah masih bisa ngerti. Tapi kalo lo gak inget sama Nina. itu mah emang keterlaluan..." kata seorang teman lagi yang bernama Hidayat.

"Kenapa keterlaluan?" tanya saya kebingungan.

"Ya, gak panteslah lo lupa sama dia. Nina kan dulu cewe paling cantik di sekolah. Dia primadona yang diperebutkan semua cowo. Beneran lo gak inget sama sekali?" tanya orang itu lagi.

"Iya gak inget. Hehehehe...." jawab saya dengan perasaan gak enak.

Ketika acara reuni hampir berakhir, saya bersiap-siap pulang dan menyalami semua orang yang saya inget dan yang gak inget. Sewaktu pamitan sama Nina, dia menyalami tangan saya tanpa berkata sepatah kata dengan raut muka judes.

Dalam perjalanan menuju mobil, tiba-tiba seseorang menepok pundak saya dari belakang, "Hey, Budiman Hakim. Lo Budiman, kan?"

Ketika membalikkan badan, saya melihat perempuan memakai pakaian serba hitam. Wajahnya ditutupi cadar kayak perempuan-perempuan Iran. Seluruh tubuhnya dari atas kepala sampai ke ujung kaki dikerudungi oleh kain hitam. Yang tersisa hanya matanya doang yang tidak tertutup tapi itupun masih terhalang oleh kacamatanya yang berwarna biru dan agak gelap.

"Heh, Bud? Lo lupa sama gue? Coba lo pandang gue baik-baik, masa sih lo gak inget sama gue?" tanya perempuan bercadar itu lagi dengan suara mendesak.

Saya masih terdiam sambil memandang gulungan kain hitam di hadapan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun