Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMP SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resensi Tulisan Prof Azyumardi: Pendidikan dan Kerja, Persiapan untuk Kedewasaan

7 Januari 2023   06:03 Diperbarui: 7 Januari 2023   06:10 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resensi tulisan Prof Azyumardi (Sumber: dokpri)

Prof. Azyumardi Azra dalam bukunya Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam telah menuangkan kompilasi gagasan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan hari ini. Buku beliau yang terbit tahun 1998 tersebut merekam dengan apik fenomena pendidikan Indonesia di masa lampau. Tepatnya sejak masa kolonial Belanda hingga Masa Orde Baru. Salah satu mosaik dalam tulisannya mengupas mengenai fenomena lapangan kerja yang tersedia.

Menurut penulis, meski pemerintah telah memberikan kesempatan belajar yang sama kepada setiap anak sesuai ketentuan konstitusional yang tercantum dalam UUD 1945 bab 13 pasal 31, pendidikan nasional Indonesia kala itu masih bergelut dengan masalah-masalah kompleks.

Pertama-tama penulis mengawali dengan menyebutkan pendidikan di masa kolonial. Bentuk pendidikan di tanah air sebelum datangnya Belanda adalah sistem pendidikan tradisional keagamaan yang dilaksanakan di langgar, surau, Pesantren madrasah, dan lain-lain.

Lalu setelah munculnya Belanda melalui VOC menghadirkan perkembangan baru dalam pendidikan.  Pendidikan keagamaan dalam hal ini adalah protestan diselenggarakan bagi Bumiputera Indonesia. Saat itu VOC menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak Belanda dan kalangan bangsawan, khususnya untuk kepentingan administrasi kolonial.

Pendidikan masa kolonial sebenarnya hanya untuk menciptakan kelas kelas baru Bumiputera untuk berkolaborasi demi kepentingan Belanda. Saat itu akhirnya banyak sekolah yang sudah ada sebelumnya terpaksa ditutup karena adanya urusan politik dan ekonomi. Di masa kolonial Belanda sangat mengukuhkan kelas-kelas sosial dalam pemberian hak pendidikan kepada masyarakat.

Lalu beralih pada masa penjajahan Jepang sistem pendidikan berdasarkan stratifikasi sosial ala kolonial Belanda mulai dihapuskan. Salah satu perubahan yang ada adalah di gunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan bahasa Jepang sebagai bahasa kedua menggantikan bahasa Belanda. Di masa itu juga kesempatan belajar semakin terbuka lebar bagi semua golongan penduduk Indonesia.

Beralih ke masa kemerdekaan, pendidikan menjadi satu tema yang pokok. Setelah kemerdekaan, para pemimpin dan ahli pendidikan bersama para cendekiawan menciptakan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi Indonesia merdeka.

Sama seperti negara lain yang berumur merdeka, Indonesia juga mengalami dilema dalam mewujudkan pendidikan. Muncul sebuah masalah berupa kesenjangan antara pernyataan konstitusional dengan kenyataan dunia pendidikan yang riil di lapangan. 

Perkembangan pendidikan Indonesia kala itu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik, ekonomi dan kultural. Di bidang politik misalnya, banyaknya energi tersita karena menyelesaikan konflik-konflik pada  masa orde lama hingga munculnya G30S/ PKI. Selanjutnya munculnya orde baru yang membawa perubahan pada sistem pembangunan nasional khususnya pada perkembangan pendidikan.

Pada masa orde baru ada masalah-masalah yang juga ikut bermunculan. Pertama mengenai perencanaan nasional pendidikan belum ditentukan tempat penyelenggaraan pendidikan nasional. Kedua adalah masalah mekanisme pembangunan pendidikan, baik yang menyangkut sistem perencanaan maupun sistem pelaksanaannya.

Ada 5 faktor yang sangat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam pendidikan menurut Philips H. Coombs. 

  • Pertama, terjadinya ledakan penduduk yang ingin menjadi anak didik untuk mendapatkan pendidikan. Padahal sekolah yang tersedia masih sangat terbatas. 
  • Kedua, kurangnya sumber daya yang tersedia, baik sumber keuangan material maupun sumber daya manusia. 
  • Ketiga, meningkatnya biaya ah pendidikan bagi anak didik. 
  • Keempat, adanya ketidakefisiensian dari sistem dan administrasi pendidikan. 
  • Terakhir, ketidaksesuaian antara hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun