Mohon tunggu...
Budiarta
Budiarta Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengupas "Ngenest 2: Ngetawain Hidup ala Ernest Prakasa"

28 Februari 2018   18:41 Diperbarui: 28 Februari 2018   19:07 2422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Itulah sebuah kutipan yang membuktikan bahwa Ernest adalah orang yang lucu dan humoris.

  • Peduli dengan generasi muda

Di buku ini ada satu bab yang membuktikan bahwa Ernest itu orang yang peduli dengan generasi muda. Yaitu terdapat dalam baba "Bego lu" ini adalah salah satu contohnya.

Dan setelah gue perhatiin, hampir semua game memberlakukan sistem yang sama. Terlalu mudah memberikan apresiasi. Mengobral pujian. Sebagai orang tua, ini kurang mendidik. Dikit-dikit dipuji gini mah anak gue jadi ge-eran, gak beres juga.

Dari kutipan ini kita tahu bahwa Ernest tidak setuju jika game langsung memberikan reward kepada pemainnya. Ini membuktikan bahwa Ernest sangat menyayangkan gennerasi muda yang termakan oleh obralan pujian dari dunia game. Jika ini diteruskan maka generasi muda akan semakin cepat puas jika mendapatkan sesuatu padahal hal itu belum maksimal. Itu menyebabkan generasi anka muda akan menjadi generasi yang pemalas.

  • Kurang ajar sama anaknya

Sebelumnya ini bukan bersifat kekerasan. Tapi kok bisa seorang yang humoris menjadi kurang ajar sama anaknya. Padahal dia peduli dengan dengan generasi muda. Awalnya saya juga agak bingung, ternyata ada orang yang bisa berbuat seperti ini. Hal ini dapat kita lihat dari bab "Kentut di lift"ini beberapa kutipannya:

Ya udah, setelah berpikir cepat, kayaknya ini pilihan paling tepat. Gue memutuskan bahwa hari itu, anak gue harus belajar, bahwa kadang-kadang hidup itu keras.

Di tengah suasana lift yang makin tegang, gue berlutut lalu bilang ke Sky dengan suara yang cukup dalam sehingga tampak berwibawa tapi cukup nyaring untuk didengar sama orang sebelah.

Ya udah Nak, kalau kentut ya kentut aja gapapa.

Dari beberapa kutipan diatas, kita tahu bahwa seorang Ernest pun bisa jahat sama anaknya sendiri. Mungkin ini juga bisa terjadi pada semua orang tua yang tidak ini harga dirinya turun. Jadi, mereka mengambing hitamkan anak mereka sebagai pelaku. Tapi sebenarnya ini bukan murni suatu perbuatan jahat. Karena perbuatan ini untuk melindungi harga diri orang tuanya. Kalau orang tuanya 'malu-maluin'pasti anaknya juga akan malu juga saat teman-temannya mengejak orang tuanya.

Di samping itu, ada beberapa tokoh juga yang ikut menjadi isi dari beberapa bab di buku ini. Sebenarnya tokoh lain hanyalah sebagai figuran saja, tapi tidak apa-apa lah jika saya menyebutan mereka juga. Beberapa tokoh itu adalah

  • Sky

Di buku ini Sky berperan sebagai anak dari Ernest, di dunia nyata juga sebagai anaknya juga sih, di buku ini dia muncul pada bab "Kentut di lift".Di bab tersebut Sky sebagai anak yang penurut dan taat kepada orang tua. Sifat itu mungkin terbentuk karena Sky masih anak-anak. Mengapa saya bisa mengatakan itu, karena di buku ini dia digambarkan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun