Setelah mendengar ada kesempatan untuk masuk acara, saya berkeinginan mengikuti syuting. Tujuan normatifnya, hendak berbagi pengalaman. Maksud di bawah permukaan adalah demi mendapatkan imbalan dan kesempatan muncul di layar kaca.
Prosedurnya mudah. Cukup kirim foto KTP dan riwayat stroke kepada Duta Komunitas tersebut. Nanti tim acara akan menghubungi dan melakukan wawancara.
Saya mengirim data dua minggu lalu dan tak pernah lagi memikirkan kemungkinan-kemungkinan, hingga Tim Produksi acara TV mengirim pesan WA bahwa akan menelepon.
Beberapa hari setelah perbincangan, juga melalui telepon, dokter dari Tim bertanya perihal riwayat kesehatan, dan segala hal terkait serangan stroke yang menimpa saya. Pertanyaan berkisar tentang pemicu serangan stroke, gejala, hingga penanganan pascastroke.
Sorenya, pewawancara pertama mengkonfirmasi bahwa shooting akan dilakukan pada Selasa 30 September 2025 pukul 14.00 WIB. Pukul 12.00 sebelumnya akan dijemput kendaraan dari pihak televisi.
Ternyata, sopir penjemput datang terlalu cepat. Pukul 11.15 WIB ia sudah berada di halaman parkir Miftahul Jannah, masjid yang terletak di seberang rumah.
Saya sudah siap. Sudah makan. Sudah mengenakan pakaian rapi. Tinggal memakai sepatu. Tidak perlu lama, saya memasuki ke kendaraan yang langsung berangkat. Lebih baik datang cepat di stasiun televisi, daripada telat.
Tiba di Studio 3 stasiun sebuah TV swasta, petugas menawari makan siang, sambil menunggu sesi syuting. Berhubung tadi sudah makan, saya mengambil empek-empek dan air mineral.
Tak lama Mas Yohanes, salah satu narasumber ahli, memeriksa indikator kesehatan saya. Hasilnya, mengejutkan. Kadar kolesterol di bawah ambang batas. Sebaliknya, tekanan darah tinggi (161/88 mmHG). Hasil uji gula darah sewaktu (random blood sugar test) juga tinggi, 374 mg/DL
Pukul 14.30 memasuki ruangan pengambilan gambar. Terlihat backdrop dan kursi-kursi diterangi lampu-lampu sorot. Di sisi gelap terdapat lima kamera, layar monitor, kabel berseliweran, dan para kru.