Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menemukan Kuliner Khas Bogor dengan Rasa Otentik

27 Agustus 2025   07:07 Diperbarui: 27 Agustus 2025   17:37 4829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkuk laksa Bogor (dokumen pribadi)

Tanya punya tanya, penjual laksa tinggal tak jauh dari lokasi berjualan. Abah Untung, ia menyebut dirinya demikian, berdagang laksa Bogor sejak tahun 1989. Tidak diperoleh keterangan tentang tempat ia berjualan sebelumnya, selain di sekitar wilayah ini.

Laksa khas Bogor Abah Untung (dokumen pribadi)
Laksa khas Bogor Abah Untung (dokumen pribadi)

Rupanya, Abah mewarisi resep laksa dari kakeknya. Sebuah pertanyaan membersit di benak, akankah rasa disajikan setara dengan laksa tempo dulu?

Semangkuk laksa terhidang di kursi plastik yang menjadi meja. Sementara saya duduk di tembok penahan tanah tinggi 40an sentimeter.

Semangkuk laksa Bogor (dokumen pribadi)
Semangkuk laksa Bogor (dokumen pribadi)

Kuah kuning bersantan membanjiri potongan ketupat, bihun, tauge (kecambah), suwiran oncom. Telur rebus terbelah dua dan tahu kuning muncul di permukaan. Kemangi layu.

Sebelum menambahkan sambal, saya memasukkan sesendok kuah ke rongga tempat gigi dan lidah. Ah, ingatan tentang rasa laksa seperti di masa lalu muncul kembali.

Tercecap manisnya santan. Menurut keterangan Abah, kuah juga ditambah gula. Namun, penambahannya tidak berlebihan.

Dominasi rasa gurih diimbangi manis samar diharmonisasi oleh bumbu-bumbu. Kombinasi rasa yang membuat saya tidak sedang menyantap kolak berempah.

Sebuah paduan rasa yang bersepadan. Sesuai dengan harapan atas rasa otentik laksa Bogor. Lidah saya terbang ke masa 45 tahun lampau sampai dasar mangkuk kering.

Saya menikmati setiap kunyahan. Lidah menari-nari, tidak semacam joget anggota DPR di atas penderitaan rakyat. Rasa khas yang enak membuat pembeli berganti-ganti, ada yang pergi dan ada yang datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun