Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Meski Bisnis Bareng Teman Merugi, Pertemanan Tetap Baik

25 Juli 2025   07:08 Diperbarui: 25 Juli 2025   14:25 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis Bareng Teman (Gambar oleh reallywellmadedesks dari Pixabay)

SAYA belum pernah Kerja Bareng Saudara di perusahaan keluarga, maupun dalam bisnis atau proyek bersama, kendati kemungkinan itu selalu ada.

Om saya, kakak tertua ibu, memiliki perusahaan besar bidang soil engineering. Sepupu saya, anak dari adik bapak, memiliki perusahaan produsen perlengkapan keselamatan jalan raya (rambu, marka jalan, traffic light).

Kurang menantang, menurut pikiran saya tanpa melihat potensi keruwetan emosional bila bekerja bareng saudara. Maka saya lebih berminat bekerja di perusahaan milik orang lain, atau membangun bisnis atau proyek bersama teman.

Namun, dua kali kerja bareng teman saya gagal mempertahankan bisnis atau meneruskan proyek-proyek bersama.

Berkongsi dengan Empat Teman

Satu ketika, empat teman baik dan saya berkongsi dalam satu bisnis. Lima orang patungan membeli sebuah usaha restoran di jalan Kuningan, Jakarta Selatan. Nilai setornya sama.

Peralihan perusahaan memunculkan perubahan akta, pengaturan kembali pembagian tugas di antara pihak penyetor, penetapan ketentuan pengelolaan, dan pegorganisasian lainnya.

Empat orang berpengalaman sebagai pengusaha di bidang selain bisnis kuliner. Saya memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam usaha F&B.

Dalam satu periode, saya mengendalikan usaha. Sementara yang lainnya membantu dan mengawasi jalannya bisnis. Pada perkembangan berikutnya, teman-teman ingin menjadikan restoran sebagai club atau kafe.

Berarti harus mengubah konsep, dari bisnis penyedia makanan minuman menjadi bisnis hiburan. Selain menjual makanan minuman, kafe menyediakan hiburan berupa musik, atmosfer lebih cozy, bar (penjualan minuman beralkohol), dan beroperasi hingga lebih larut.

Perizinan pun harus diubah. Izin penjualan makanan minuman ditambah izin penyelenggaraan musik hidup dan bar. Biaya penambahan itu tidak murah. Resminya sih tidak seberapa, tetapi jalan untuk mendapatkannya butuh sogokan berjumlah tidak sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun