Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dari Bogor ke Pulau Untung Jawa Naik Transportasi Umum

17 Juli 2025   10:03 Diperbarui: 17 Juli 2025   14:49 4949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara pulau Untung Jawa sejuk, berkat semilir angin dari pepohonan. Sambil menikmati keindahan dan kesegaran pulau, kami menuju Musala terdekat diantar Pak Mamat, untuk menunaikan salat Zuhur yang sangat terlambat.

Setelahnya, menuju rumah makan yang tampak bonafid. Sepertinya, kerap menjadi venue acara kumpul-kumpul.

Sebagian menu rumah makan (dokumen pribadi)
Sebagian menu rumah makan (dokumen pribadi)

Di dalamnya terlihat meja-meja panjang. Di satu meja terdapat sejumlah chafing dish (wadah stainless steel dengan pemanas makanan). Di luar, satu motor gerobak sedang diisi aneka olahan hasil laut yang ditutup dengan plastik tipis (cling film).

Saya duduk di restoran, seraya menunggu pesanan matang: ikan kue lilin bakar, ikan kue dimasak kuah pindang, cumi goreng tepung, udang masak asem manis. Sementara dua kerabat saya pergi demi mengumpulkan sampel tanah.

Makan siang yang kesorean usai bakda Asar. Hidangan yang disantap adalah sebagian ikan kue pindang. Enak, karena memang menggoda selera. Ditambah perut masih kosong. Cumi, udang, ikan bakar, sisa ikan kuah pindang dibungkus untuk dibawa pulang.

Hidangan ikan kue kuah pindang (dokumen pribadi)
Hidangan ikan kue kuah pindang (dokumen pribadi)

Hidangan ikan kue bakar (dokumen pribadi)
Hidangan ikan kue bakar (dokumen pribadi)

Kira-kira pukul empat Pak Mamat mengantar kami ke dermaga dan membisikkan sesuatu ke nakhoda satu perahu. Tak lama, Lurah setempat berserta rombongan tamunya datang dan naik ke sebuah perahu.

Nakhoda meminta saya dan kerabat naik juga. Tanpa menunggu penumpang lainnya, perahu kayu mulai bergerak. Terlihat antrean penumpang di dekat perahu lain.

Isi perahu tidak sepenuh perahu yang pertama saya naiki. Rupanya, angkutan air ini diperuntukkan bagi Lurah dan rombongan. Kami tetap membayar ongkos seperti warga lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun