Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Kemiskinan Bukan Sekadar Angka-Angka

8 Mei 2025   07:07 Diperbarui: 8 Mei 2025   14:09 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika tidak semuanya laku, masakan tersisa dikembalikan ke pemilik warung.

Wanita itu, saya lupa menanyakan namanya, dalam sehari biasa membawa 18-23 bungkus masakan matang. Artinya, bila barang dagangan habis terjual, ia mendapatkan Rp18.000 hingga Rp23.000 setiap hari.

Sebagai manusia biasa, tak setiap hari berjualan. Ada saat-saat tidak terdengar suara lantangnya menjajakan masakan. Mungkin 2 atau 3 hari dalam seminggu ia tidak berjualan.

Anggaplah ia berjualan 20 hari dalam sebulan. Perkiraan penghasilannya adalah: 18-23 bungkus X Rp1.000 X 20 hari = Rp360.000 hingga Rp460.000 per bulan.

Keadaannya makin tenggelam di bawah permukaan, bila tidak semua barang dagangannya laku.

Pendapatan di atas amatlah kritis. Tak perlulah mengambil rujukan Garis Kemiskinan BPS sebesar Rp595.242 per kapita per bulan, atau menyejajarkannya dengan Garis Kemiskinan Makanan Rp443.433,

Diantara 8,57 persen kemiskinan pada September 2024, keadaan yang dialami penjaja masakan matang itu hanya satu noktah. Ada di depan mata saya. Nyata.

Apakah wanita itu tidak mendapat bantuan, misalnya bansos?

Ya itu! Berhubung ditinggal begitu saja oleh sang suami kurang ajar, legalitas status kependudukannya bermasalah. Kartu Keluarga belum diubah sesuai keadaan terakhir, sementara dokumen sahih menjadi syarat mengurus bansos dan semacamnya.

Saya tidak mendalami, sejauh mana elemen terkecil dari struktur pemerintah di lingkungannya --seperti RT/RW-- membantu dalam penyelesaian perkara tersebut.

Syukurlah, alam semesta bekerja dengan cara bijaknya. Saya mengetahui, sedikit orang membelikan popok atau susu bayi. Kebaikan yang meringankan beban penjaja masakan matang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun