Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Aksi Premanisme Itu Nyata, Butuh Negara untuk Atasinya

20 Maret 2025   16:09 Diperbarui: 20 Maret 2025   19:22 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kelompok ormas yang dijaga polisi.(KOMPAS.com/Dzaky Nurcahyo)

ZAMAN internet. Informasi bergerak cepat. Belakangan ramai diperbincangkan di internet, perihal aksi premanisme minta jatah THR ke perusahaan-perusahaaan jelang lebaran.

Mereka menekan pengusaha melalui surat sumbangan, proposal kerjasama, pemintaan audiensi, hingga menggelar demonstrasi mengepung pabrik. Mereka adalah Organisasi Masyarakat (ormas), termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (Kompas.id).

Tentu saja tidak semuanya. Tidak bisa dipukul rata. Ormas tertentu datang sebagai tamu tak diundang, melakukan aksi premanisme yang meresahkan kalangan pengusaha.

Dituruti, jadi preseden untuk permintaan dana terus menerus dan dari yang lainnya. Tidak dipenuhi, muncul intimidasi hingga ancaman dari pihak ormas, bahkan menimbulkan keributan.

Aparat penegak hukum? Mereka datang setelah "perang usai". Aksi premanisme selesai, karena pelaku usaha terpaksa memenuhi permintaan.

Saya menghadapi aksi premanisme ormas dalam dua masa. Pertama, saat mengelola usaha kuliner (kafe/club) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperempat abad lalu. Kedua, ketika terjun sebagai pengusaha kecil yang menangani proyek-proyek pemerintah sampai dengan enam tahun lampau.

Sebagai Pengelola Kafe

Pada setiap tahun menjelang lebaran, di meja kerja saya bertumpuk proposal dan surat permintaan THR.

Saya ingat, waktu tahun 2000an ormas belum sebanyak sekarang. Tumpukan proposal berasal dari ormas dan aparat. Belum ada permintaan dengan nada menekan. Namun, tetap saja ada rasa sungkan apabila tidak memenuhi permintaan dana.

Mau tidak mau, manajemen menganggarkan biaya THR untuk tamu tak diundang itu. Realisasi menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Kendati jumlah diberikan di bawah ekspektasi para peminta, mereka tidak menyoalkan. Tidak timbul pertengkaran.

Mereka tenang dapat duit, pengusaha puyeng memikirkan penggantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun