Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tak Ada Rujak Cingur, Nasi Kandar pun Jadi

12 Februari 2025   06:08 Diperbarui: 12 Februari 2025   06:55 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Kandar (dokumen pribadi)

SABTU pekan lalu. Warung Kelud menjadi tujuan bersantap siang. Lagi. Entah doyan atau suka, yang jelas masalah Jawa Timur tidak pernah membosankan.

Sampai lokasi, ternyata warung tutup. Ya sudahlah, mau tidak mau balik badan dan memikirkan alternatif tempat makan lain, misalnya, di daerah Jembatan Merah, Kota Bogor.

Dalam perjalanan balik, ekor mata menangkap pantulan tulisan "Nasi Kandar" di seberang Taman Makan Pahlawan Dreded, Jalan Pahlawan/Bondongan.

Seingat saya, gerai penjualan nasi kandar ada di Jalan Merdeka, tidak jauh dari Jembatan Merah. Namun, beberapa kali saat hendak mencobanya, rumah makan yang menempati Toko Singer itu belum buka.

Tutupnya Warung Kelud menghadirkan hikmah. Tak disangka-sangka saya menemukan gerai penjualan Nasi Kandar. Blessing in disguise, kata para penyuka keju.

Setelah menghampirinya, ternyata ia pindahan dari rumah makan di Jalan Merdeka. Saya membaca menu menempel, bertanya-tanya ke pramusaji, dan melihat-lihat isi etalase, karena belum pernah menyantap Nasi Kandar.

Etalase rumah makan penyedia Nasi Kandar (dokumen pribadi)
Etalase rumah makan penyedia Nasi Kandar (dokumen pribadi)

Terinformasi, pertama kali Nasi Kandar dipopulerkan di Penang, Malaysia, oleh pedagang Muslim Tamil Nadu dari India. Ia disajikan dalam piring besar bersama lauk, sayur, dan kuah kari.

Kandar bukan nama orang, tetapi sebutan bagi tongkat terbuat dari kayu pohon bakau, yang digunakan untuk memikul ember-ember kayu berisi nasi dan kari.

Itu dulu. Sekarang Kandar merujuk pada seluruh hidangan.

Melihat-lihat daftar makanan ditawarkan, mata  terantuk pada menu set. Berbeda dengan menu pilihan hidangan secara individual, menu set pada rumah makan itu adalah paket:

  • Menu Set Ayam Kicap.
  • Menu Set Ayam Mamak.
  • Menu Set Ayam Curry.
  • Menu Set Ayam Roasted.
  • Menu Set Bebek Roasted.

Saya memilih menu set ayam Roasted.

Nasi Kandar Ayam Roasted Telur Asin (dokumen pribadi)
Nasi Kandar Ayam Roasted Telur Asin (dokumen pribadi)

Ia disajikan pada piring lebar terbuat dari kuningan yang dialasi plastik. Di atasnya terdapat nasi yang disiram dengan beragam kuah, rajangan kubis dan wortel rebus, setengah telur asin, serta ayam roasted.

Ayam oven berwarna merah, berkat campuran jamur angkak pada bumbunya. Mirip ayam panggang ala Chinese Food. Mungkin ada semacam akulturasi masakan.

Nasinya agak pera, teksturnya cenderung kering dan tidak pulen. Terpisah-pisah saat diambil dengan tangan. Tambah ambyar ketika diaduk dengan kuah.

Kuah tidak sebanyak kuah sup, tetapi ia cukup membuat basah nasi. Darinya menguar aroma rempah, yang lebih terasa ketika dikunyah.

Rempah khas kari terasa kuat pada lidah. Sepintas saya mengasosiasikan dengan makan nasi yang ketumpahan jamu. Hehehe ....

Meskipun demikian, masakan berempah ini tidak getir. Malah gurih, menggoda selera, dan bikin nagih. Tidak mudah menghentikan tangan menyuap mulut. Lha memang sulit memberantas praktik penyuapan di negeri ini!

Ayam roasted dimasak sedemikian rupa sehingga dagingnya mudah terlepas. Empuk.

Selain sedikit tercecap aroma "jamu", secara keseluruhan rasa Nasi Kandar tidaklah tajam seperti bayangan sebelumnya.

Tidak pedas cabai. Bahkan, tidak ada sambal pada hidangan, pun di meja. Walaupun memiliki tekstur mirip, Nasi Kandar berbeda dengan nasi Padang yang cenderung pedas.

Nasi Kandar terasa tidak spicy dan gurih berimbang. Kemungkinan, lidah yang terbiasa dengan makanan bergaram tinggi dan banyak micin tidak bakal mudah menerimanya.

Masakan ini sangatlah lezat bagi saya. Tidak terasa asin. Sepertinya juga tidak mengandung penyedap buatan. Rasa enak muncul dari beragam rempah bumbu kari.

Tidak mengherankan, nasi pera yang jumlahnya sangat banyak (dua porsi bagi saya) dan ayam tandas berikut tulang-tulangnya.

Saya tidak memakan tulang ayam, tetapi membungkusnya untuk kucing di jalanan.

Harganya lumayan membuat dompet lapar, Rp42.000 per set menu termasuk teh manis. Mekipun demikian, saya pulang dengan perut kenyang, sangat kenyang, dan meninggalkan rasa puas di meja. 

Tidak rugi batal makan rujak cingur kesukaan. Menyantap Nasi Kandar merupakan pengalaman baru yang menyenangkan dan mengenyangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun