Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ikan Pindang

23 Desember 2023   07:09 Diperbarui: 23 Desember 2023   07:10 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto gerombolan ikan pindang hidup sedang berenang oleh Peter Simmons

Aku kembali ke geladak. Duduk dengan kepala bertumpu pada tas ransel yang sudah tidak jelas warnanya.

Angin sepoi-sepoi membuat kelopak mata terasa berat. Sepintas dari bidang penglihatan tepi aku menampak air berwarna biru kehijauan.

Tidak tahu berapa lama tertidur, mendadak terbangun demi mendengar seruan-seruan ditujukan ke langit menyebut nama Tuhan. Jeritan makin riuh. Wanita-wanita berteriak histeris. Anak-anak menangis.

Kemudian aku terkesiap, baru menyadari lambung kapal terisi air. Kian lama meninggi dan membanjiri seluruh bagian. Anjungan kapal kayu terangkat sebentar, kemudian terhempas.

Semua terjadi demikian cepat. Takada kesempatan meraih pelampung, dan aku tidak yakin tersedia cukup perangkat untuk mengapungkan penumpang.

Aku menggapai-gapaikan tangan. Menggerakkan kaki. Berusaha menyembulkan kepala agar tetap berada di permukaan. Namun tenaga melemah. Badan perlahan turun.

Di situ aku menyadari sesadar-sadarnya, yakni satu kesadaran tingkat akhir tanpa pernah ada bandingannya, ketika menatap gerombolan ikan pindang berenang dengan riang gembira mengelilingiku.

Bukan ikan pindang yang sudah digoreng garing oleh Ibu. Bukan ikan pindang yang sangat gurih disantap bersama sambal dan nasi hangat.

Gerombolan calon ikan pindang yang masih segar. Hidup dan menertawakan diriku yang meluncur menuju kegelapan.

Terbayang wajah Ibu. Mencemaskan aku berharap anaknya pulang. Cairan dari kedua mataku menggelincir, berbaur dengan asinnya air lautan.

Penyesalan datang terlambat. Sangat sangat terlambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun