Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senang Berjumpa Lagi, Anak Muda!

14 Desember 2023   08:08 Diperbarui: 14 Desember 2023   08:39 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar menyambut kedatangan anak muda oleh Vicki Nunn dari Pixabay

Nah ini sulit. Memikirkan negara adalah membahas konstelasi politik, terutama menjelang pemilu yang sangat hiruk-pikuk, yang apabila berdebat tanpa sependapat akan menyebabkan uring-uringan.

Parahnya lagi, itu menghasilkan pertengkaran tidak perlu setelah debat kusir dengan tetangga atau sesama pengunjung warung kopi.

Anak muda itu tidak demikian. Ia mendengarkan dengan khidmat. Berkata-kata memukul tanpa menyinggung. Tanpa membuatku marah.

Kata-kata sejuknya membangunkan ku, bahwa tidak ada perlunya berkeras kepala tentang politik. Memang mereka, para petinggi yang berebut tahta maupun kekuasaan di atas sana, kelak akan mengubah nasib kita?

Aku kemudian meragukannya. Lebih baik nanti saja, pilihan ditentukan sebelum memasuki bilik pencoblosan.

Sekarang memikirkan, bagaimana memupuk bekal untuk di alam sangat mendamaikan. Kita tak pernah tahu, dapat panggilan nomor berapa ?

Pemahaman tersebut aku banyak dapatkan dari anak muda itu, ketika untuk pertama kalinya ia berkunjung ke kotaku. Ia mampir ke rumah dan banyak berbincang. Dalam kunjungannya, tak lupa membawa buah tangan dan banyak makanan.

Sampai-sampai istriku berbisik di telinga, "apa tidak terbalik? Mestinya kita sebagai tuan rumah yang menjamu."

Aku sempat malu hati. Namun hebatnya, anak muda itu tidak memperlihatkan kesan canggung dan merasa lebih tinggi karena membawa sesuatu.

"Ini untuk dinikmati bersama. Makanan ini merupakan produk khas yang sangat saya sukai."

Obrolan demi obrolan membuatku makin senang dengan perilaku anak muda itu. Aku tambah yakin, ia tidak ada pamrih di balik kebaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun