Penjual pakaian eks sortiran pabrik terletak di Jalan Sudirman Bandung. Saya lupa nama tokonya. Kalau tidak salah, berada di deretan pabrik tahu Yun Yi.
Dari itu saya mengenal pakaian "eksklusif" yang sulit dicari bandingannya, karena tiap model jumlahnya terbatas. Gaya abis dah pokoknya.
Setelah Bekerja
Mulai bisa membeli baju baru dengan menyisihkan uang gaji. Beli di toko (department store) dan mal berkelas.
Sesekali beli di Bandung. Namun kian menjamurnya toko sejenis (seperti di Cihampelas), maka bagi saya baju-baju dipajang menjadi terlalu pasaran.
Ragam produk (lokal/impor), harga, dan kualitas baju dibeli mengikuti peningkatan penghasilan. Paling top adalah melirik merek impor, kendati mahal. Tujuannya: agar gaya, berkesan mahal, dan berbeda dandanan dengan teman.
Saat Sudah Berkeluarga
Sekian waktu berumah tangga dan kemudian punya anak, pikiran membeli baju mahal berkurang.
Tidak berarti perburuan pakaian eksklusif berhenti. Cuma berbelanja lebih cermat, memilih lebih teliti, berburu ke factory outlet, dan mencari alternatif.
Salah satu alternatif, mengaduk rumah bagus penjual pakaian bekas eks impor di Bogor. Kebanyakan lungsuran dari negara Jepang.
Namun mesti hati-hati dalam memilih. Bisa-bisa mendapatkan baju lengan panjang yang kependekan tangannya. Atau celana panjang yang terlalu cingkrang.
Nafsu menggunakan pakaian bermerek buatan luar negeri ada, tapi isi dompet tidak memadai untuk ditukar dengan barang baru yang branded.
Setelah Tidak Bekerja
Merupakan kurun waktu di mana semuanya tampak berjalan lambat. Tidak dikejar-kejar oleh waktu. Adem ayem tentrem. Tenang tiada kegiatan memburu gaya.