Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Singkong dan Liong di Bawah Pohon

4 Maret 2023   06:08 Diperbarui: 4 Maret 2023   06:22 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kopi Liong Bulan dan singkong goreng (dokumen pribadi)

Ya sudah. Comot satu. Enak. Ambil lagi satu. Kembali mengunyah singkong satu lagi dan seruput kopi khas orang Bogor.

Kopi bergambar naga tersenyum dan bulan itu konon hanya beredar sampai Sukabumi. Aromanya harum ketika diseduh dengan air mendidih. Rasanya pun mantap.

Kompasianer lawas, Engkong Agil Abd Batati yang tersohor dengan opak lebar, demikian terkesan dengan kopi tersebut.

Waktu ke Bogor, beliau saya kasih oleh-oleh. Berupa seperempat kilo kopi bubuk Liong Bulan terbungkus kertas sampul berwarna cokelat. Lain hari, waktu kembali bertugas di Kota Hujan, pria berkacamata itu minta kopi Liong Bulan lagi. Ketagihan dia.

Kembali ke singkong goreng. Ternyata Pak Yana menawarkan pula umbi kaya nutrisi itu, ke pedagang keliling es krim yang sepedanya berwarna merah. Tak lupa memberikan air minum. Bukan kopi.

Rupa-rupanya sajian itu adalah complimentary. Tidak perlu bayar.

Kilah Pak Yana, "beberapa hari hujan, dia jual es gak laku. Kemarin dagang kopi juga sepi."

Kepada pembeli kopi lain --sesama pedagang, pengemudi/pengendara ojol-- ia juga menawarkan singkong goreng. Gratis. Ada yang menolak, ada yang mau. Mereka hanya membayar kopi seduh. Lalu menukar singkong dengan keakraban berbincang.

Meski harga singkong mentah relatif murah (Rp4.000/kg), untuk menjadikan makanan siap santap setidaknya perlu bumbu, minyak goreng, elpiji, dan tenaga.

Bisa jadi itu merupakan bekal sarapan dan makan siangnya. Siapa tahu? Namun Pak Yana demikian tulus berbagi singkong goreng dengan orang lain.

Pelajaran yang dapat ditarik, betapa penjual kopi di tepi jalan itu berusaha menjalin hubungan dan bersosialisasi dengan caranya sendiri. Menurut penglihatan saya, ia berbagi dengan cara sederhana Mungkin bagi keluarga RAT (cari sendiri, siapa orang itu) singkong adalah barang takada harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun