Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dukun Pembaca Pikiran

27 Oktober 2021   20:57 Diperbarui: 27 Oktober 2021   21:22 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ritual dukun oleh Ann_Milovidova dari pixabay.com

Tarjo menafsirkan bayangan menjadi sebuah kesimpulan logis, "istrimu berselingkuh ya?"

Meledak lah tangis tamunya. Tarjo melanjutkan hasil interpretasinya. Tidak peduli tamunya tersinggung atau menggerung-gerung. Pengetahuan tentang permasalahan beserta solusinya harus disampaikan dengan tuntas. Sekitar dua jam konsultasi berlangsung.

Sejak saat itu Tarjo resmi menyandang gelar: Dukun Pembaca Pikiran.

Pelanggannya cukup banyak untuk ukuran dukun baru. Namun demikian, tidak semua tamu dapat dilayani. Tergantung situasi. Beberapa kali kerabat dan sahabat meminta Tarjo untuk membaca pikiran dan menyarankan solusi, tapi tidak bisa. Sama sekali tidak bisa diatur.

Kemampuan membaca pikiran datang seenaknya, tanpa dapat ditentukan. Ia tiba-tiba datang. Terasa ketika rongga kepala berdenyut-denyut bukan karena pusing. Beda. Mulut bergetar, bergerak-gerak, lalu nyerocos sampai tuntas. Bisa sejam. Dua jam.

Terkadang ia muncul sesukanya bukan pada saat di kantor, eh, KID. Satu waktu Tarjo berkunjung ke kantor temannya, seorang Sekretaris Korporat sebuah BUMN.

Di tengah-tengah waktu mengobrol, tanpa aba-aba, denyutan dan getaran yang sangat dikenalnya datang. Tarjo melihat simbol-simbol, gambar-gambar, dan fragmen berkeliaran di sekitar temannya. Ada sesuatu yang harus disampaikan dengan tuntas.

Satu jam kemudian, temannya mendorong pintu ruangan dengan muka memerah, "keluar!!!"

Tiga hari kemudian tayangan televisi memberitakan penangkapan seorang sekretaris korporat BUMN. Korupsi!

Itulah repotnya. Ilmu perdukunan berkelakuan: datang tanpa diundang, keluar tidak bilang-bilang.

Lelah, tidak seperti biasanya, suatu sore Tarjo pulang lebih cepat dan terheran-heran. Istrinya tidak berada di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun