Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menerima Teman Toksik: Berinteraksi, tapi Tidak Berbisnis

19 Oktober 2021   05:55 Diperbarui: 19 Oktober 2021   13:04 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teman toxic. Sumber: Doucefleur via parapuan.co

Menghadapi teman toksik ibarat bertatap muka dengan wanita cantik sedang menodongkan pistol ke arah kita  Benak hendak mengelak, namun apa daya hati terlanjur terpikat.

Bagaimanapun juga saya harus berterima kasih kepada Gustavo (nama disamarkan). Sebagai pemborong senior ia telah membuka jalan bagi saya untuk memperoleh pekerjaan.

Pekerjaan pengadaan barang yang pertama setelah terjun penuh ke dunia usaha. Mengisi mebeler (masing-masing 40 kursi, 20 meja, 1 set meja kursi guru, 1 papan tulis, dan 1 lemari) untuk 28 ruang kelas tersebar di berbagai Sekolah Dasar.

Tahun-tahun berikutnya, proyek pengadaan semacam itu menjadi pesanan berulang. Baik melalui penunjukan langsung maupun proses lelang, sesuai aturan berlaku. 

Sampai satu amanat mengubah segalanya. Dari usaha pengadaan barang ke usaha penyedia jasa konstruksi.

Selengkapnya dapat dibaca di: Bijak Menyikapi Pilihan Alih Profesi, dari Karyawan Jadi Pengusaha

Wanita cantik sedang menodongkan pistol, Foto oleh cottonbro dari Pexels
Wanita cantik sedang menodongkan pistol, Foto oleh cottonbro dari Pexels

Di balik kebaikan itu terdapat sejumlah kebiasaan kurang baik Gustavo dalam berhubungan dengan teman-temannya. Mereka merasa tiada hubungan mutual, yaitu hubungan saling menguntungkan satu sama lain.

Ia biasa bermulut manis ketika di hadapan seseorang, tapi menjelek-jelekkan saat di belakangnya. 

Dalam kaitannya dengan bisnis, kerap memanfaatkan kemampuan temannya tanpa pertukaran seharusnya, entah berupa imbalan pantas atau dalam bentuk komitmen proyek. 

Alhasil, sejumlah temannya enggan menunjukkan kemampuan di depan Gustavo.

Dalam setiap komunitas pertemanan, Gustavo selalu berusaha tampil paling depan, menganggap dirinya paling berperan, dengan ambisi jadi pemimpin. Beberapa berhasil, kebanyakan gagal karena sebagian besar teman memaklumi tabiatnya.

Perilaku itu membuat para sahabat malas berdekatan dengannya. Bahkan beberapa orang yang awalnya dekat, akhirnya tidak mau bertegur sapa selamanya. Ada friksi hebat dalam hubungannya dengan Gustavo.

Ia membawa efek negatif, tidak membawa kontribusi positif, bahkan menjadi penyebab makan hati. Gustavo seolah racun pengganggu kebahagiaan dan kesehatan mental, yang menurut istilah kekinian (juga keminggris): toxic friend.

Kata orang-orang pinter, ia tergolong teman toksik (berbisa kayak ular kobra?) berciri sebagai berikut:

1. Menyuruh Anda memprioritaskan dirinya. Satu malam, dalam keadaan terpincang-pincang (kaki kanan mengalami radang akibat kandungan asam urat tinggi), saya dijemput oleh anak buah Gustavo demi mengawal proyek pemasangan drainase beton pracetak.

2. Hanya memanfaatkan Anda. Satu ketika ia berkunjung ke rumah, meminta tanda tangan dan stempel saya, untuk surat pernyataan dukungan pengangkatan untuk ke-tiga kalinya sebagai Ketua Umum sebuah asosiasi. Padahal sebelumnya saya sudah memutuskan tidak aktif lagi di asosiasi semenjak terserang suatu penyakit kronis.

3. Memunculkan drama. Satu ketika, melalui sambungan telepon, saya meminta agar kewajiban yang menjadi hak saya diselesaikan, tetapi dengan memelas (bahkan disertai dengan nada menangis) Gustavo memohon kebijaksanaan.

4. Selalu bersikap negatif. Misalnya, senang mengkritik dan tidak pernah memuji Anda.

5. Hanya membicarakan dirinya. Pada setiap kesempatan, selalu menceritakan kehebatan dirinya. Juga keluh kesahnya.

6. Bersikap baik di hadapan orang lain. Baik terhadap orang yang dianggap derajatnya lebih tinggi atau dibutuhkan kemampuannya.

7.  Anda yang selalu harus menjangkau. Ia hanya muncul saat tertentu, tanpa menanyakan kabar Anda. Kecuali ada keperluan.

8. Memanipulasi dan mengkritik Anda. Ia mengkritik Anda habis-habisan di depan orang lain, bila sudah tidak diperlukannya. Apalagi berbuat sedikit kekeliruan di matanya. Habis dah nama baik Anda.

9. Menyuruh Anda untuk berubah. Ia meminta Anda agar mengikuti sarannya untuk melakukan perubahan, kendati perangainya sendiri amat buruk.

10. Bergosip tentang orang lain. Suka menggunakan orang lain atau bahkan Anda, tanpa sepengetahuan obyek pembicaraan.

11. Membuat Anda berkompetisi dengan teman lain. Membandingkan dengan orang lain, sehingga membuat Anda bersaing untuk mendapatkan perhatiannya.

12  Terbiasa menuduh orang lain. Tidak mau mengaku salah dengan cara mengorbankan (menuduh) orang lain.

13. Dan seterusnya dapat disimak di sini.

Capek kan menghadapi teman “berbisa” seperti itu. Lantas, bagaimana menyikapinya?

  1. Kurangi kekerapan perjumpaan dengannya.
  2. Tidak memamerkan kemampuan. Bila ia sudah terlanjur tahu dan membutuhkan Anda karenanya, sampaikan adanya kesibukan lain sebagai alasan. Atau berdalih tidak sanggup menyelesaikan tugas diberikan dalam waktu cukup.
  3. Atur jarak sewajarnya dengannya dan hindari pembicaraan bersifat pribadi, baik mengenai diri Anda maupun orang lain.
  4. Membangun relasi pertemanan lebih luas. Percayalah, masih banyak teman lain menghadirkan dampak positif dalam kehidupan sosial Anda.
  5. Mengurangi secara bertahap komunikasi dengannya demi menyusutkan pertautan dengan teman toksik.
  6. Paling parah adalah meniadakan interaksi lalu menjauh dari kehidupannya, apabila tindakan "berbisa" dirasa terlalu berat. Beberapa sahabat Gustavo bereaksi dengan meninggalkan sama sekali, daripada menemui kekecewaan.

Saya melakukan cara-cara di atas dalam rangka menyikapi teman toksik, kecuali cara memutuskan hubungan sebagaimana dimaksud pada butir enam. Tetap berteman.

Menciutkan interaksi dengan teman bersifat kontraproduktif, toxic friend, bukan berarti memutuskan hubungan dengannya. 

Dalam batas tertentu, hubungan pertemanan masih dapat diterima, tetapi pertautan di bidang usaha sebaiknya ditiadakan.

Jadi, boleh saja tetap menerima teman toksik dengan baik, asalkan tidak dalam kerangka hubungan bisnis.

Berteman, tapi tidak berbisnis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun