Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peran Penting Dosen Pembimbing Skripsi

16 Oktober 2021   07:58 Diperbarui: 16 Oktober 2021   10:16 3769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dosen pembimbing skripsi oleh geralt dari pixabay.com

Sebuah momok menggelisahkan bagi mahasiswa tingkat akhir ketika menyelesaikan skripsi. Di situlah peran penting dosen pembimbing. Namun demikian, memperoleh dosen pembimbing seperti Pak Bixby adalah sebuah mimpi buruk.

Mereka dituntut mengerucutkan hasil belajar selama enam semester dalam sebuah karya tulis ilmiah. Skripsi yang bersifat komprehensif, juga merangkum kemampuan mahasiswa dalam mengoperasikan teori-teori atas fenomena tertentu. Dibutuhkan metodologi untuk merakitnya.

Diperlukan ketelitian dan semangat. Membuat simulasi berdasarkan data yang sebelumnya dikumpulkan dengan susah payah. Menyusun hipotesis dan kerangka berpikir.

Kemudian menjelajahi belantara teoretis, berusaha menemukan potongan hukum-hukum, lalu mengonstruksinya menjadi kerangka teori. Kelak digunakan sebagai pisau analisis untuk membedah permasalahan yang telah dikemukakan di awal. Selain diisi dengan pendekatan-pendekatan, kerangka itu dibubuhi daging berupa fakta pendukung.

Keseluruhan kerangka pemikiran, bangunan teori, dan bentuk akhir dari skripsi itu akan diverifikasi oleh sidang para dosen penguji.

Ruang gelap penjelajahan itulah yang menjadikan mahasiswa gelisah, kurang tidur selama paling tidak 5 bulan demi menghasilkan skripsi. Segelintir mahasiswa lainnya menyerah.

Namun demikian, melewati belukar beronak-duri menembus belantara skripsi tidaklah dilakukan sendiri. Ada pemandu berpengalaman. Ada peran penting dosen pembimbing.

Ditunjuk oleh sistem, sesuai kapasitas dan ketersediaan waktu, pengajar bergelar doktor menuntun mahasiswa menyusun tugas akhir. Satu periode menjadi teman bertukar pikiran. Pada waktu lain menularkan pengetahuan berkaitan dengan skripsi.

Akan tetapi, jika memperoleh Pak Bixby sebagai dosen pembimbing, maka celakalah mahasiswa tersebut. Dan itu yang terjadi pada saya. Sistem berwajah kaku, berhati beku, dan berkepala batu memilih kartu.

Padanya tertulis, "Doktor Bixby sebagai pembimbing Anda dalam penyusunan tugas akhir.

Merupakan rahasia umum bahwa Pak Bixby mata duitan. Dosen pembimbing skripsi yang mengeruk keuntungan dari mahasiswanya.

Terlepas dari itu, setiap mahasiswa dibimbing dalam pembuatan outline permasalahan, diikuti oleh tahap-tahap kegiatan, sebagai berikut:

  1. Menyusun kerangka pemikiran berdasarkan pendekatan-pendekatan.
  2. Membuat jawaban atau dugaan sementara atas masalah.
  3. Mengonstruksi bangunan teoretis.
  4. Mengumpulkan data berkaitan dengan pokok bahasan.
  5. Membuktikan hipotesis berdasarkan fakta, menggunakan konstruksi teori yang telah dirakit.
  6. Menyimpulkan mengenai permasalahan terjadi, sebagai penerapan dari proses penalaran sang mahasiswa.

Biasanya bimbingan skripsi bersifat gratis. Tidak demikian bagi Pak Bixby. Di bawah bimbingannya tanpa kecuali para mahasiswa harus menyerahkan amplop tebal berisi lembaran kertas merah.

Bahkan seorang anak pengusaha tersohor diminta untuk membangun pagar keliling di rumahnya. Putra seorang pejabat kota ditodong agar menginstalasi kelistrikan, berikut membayar biaya pemasangan meteran PLN pada tempat tinggal barunya itu.

Saya tertumbuk akal, mengingat uang kiriman dari desa yang senantiasa tersendat tidak bakalan sanggup mengisi amplop hingga tebal.

Saya menuju sebuah rumah baru serba putih (kecuali genteng, halaman, dan pagar). Dengan hati-hati membuka pintu pagar masih berbau cat hitam. Melalui halaman asri penuh tanaman bunga. Mengetuk pintu putih diapit dinding putih dengan jendela-jendela kaca diikat kusen alumunium putih.

"Ah mari, mari silakan masuk."

Saya grogi, terbata-bata menyampaikan maksud. Ternyata penerimaan Pak Bixby baik. Terlalu baik.

Mulut belum sikat gigi meniup kacamata, melap dengan ujung kaos oblong, lalu meletakkannya di atas hidung, membaca outline yang saya bawa dengan saksama. Beberapa coretan dan catatan digoreskan pada berkas tipis itu.

Hati lega mendorong tangan meraih gelas berisi teh manis. Saya menyeruput setengahnya.

"Gagasan disampaikan dengan baik. Hanya perlu dipertajam, membatasi pembahasan pada dua variabel saja. Kalau bisa, buat lebih spesifik lagi."

Agak tersedak, saya segera menjawab, "baik, Pak. Selanjutnya apa saja yang mesti saya siapkan?"

Pak Bixby menerangkan tahapan-tahapan penyusunan skripsi. Saya memperhatikan.

"Oh ya, mungkin sudah paham, bahwasanya bimbingan ini ada pertukaran dilakukan."

Saya pura-pura bego, "bagaimana maksud Bapak?"

Dosen pembimbing skripsi itu menyeringai, sambil menggosok-gosokkan jempol dan jari telunjuk

"Saya usahakan, Pak."

Tulang belulang pembentuk struktur tubuh mendadak runtuh. Isi benak berputar-putar mencari akal. Menumbuk dinding bisu. Pilu. Saya menarik napas panjang, lupa untuk menghembuskannya kembali.

"Saya mengerti. Butuh tempo untuk itu. Penyusunan skripsi juga perlu waktu. Jadi saya menawarkan sebuah trade-off."

Segera saya buru-buru menghembuskan napas. Tersedak lagi, "apa itu?"

Sekarang giliran Pak Bixby menarik napas panjang. Tidak lupa ia menghembuskannya kembali, "begini. Dalam waktu tidak terlalu lama akan diselenggarakan pemilihan Dekan."

"Ya, lantas?"

"Nah, saya tahu bahwa kamu pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa. Saya tahu juga, perolehan kedudukan itu didapat dari suara mahasiswa sekian lapis angkatan senior dan junior. Saya memerlukan suara perwakilan tiap-tiap angkatan"

"Lalu?"

"Saya sangat percaya, kekuatan suara itu masih ada padamu sampai sekarang."

"Ya, benar begitu adanya."

"Jadi, saya minta tolong. Sangat berharap agar kekuatan tersebut memberikan suara kepada saya dalam pemilihan nanti."

Saya tercenung memikirkan kemungkinan itu.

"Take your time. Tak usah terburu-buru. Pengaruhi massa-mu. Pemilihan Dekan akan dilaksanakan pada akhir semester ini setelah semua sidang skripsi terselesaikan. Paham?"

Kini, terang benderang sudah gambaran situasinya bagi saya.

"Jadi, tidak ada lagi keharusan kamu memberi amplopan. Selesaikan skripsi dengan baik. Lakukan tugas memengaruhi teman-temanmu."

Saya tidak perlu tersedak lagi. Saya menghembuskan napas dengan leluasa. Lega luar biasa.

Selanjutnya, bimbingan terasa lekas. Otak serasa lebih cerdas, nalar mengalir deras membuat skripsi selesai lebih cepat dari biasanya sampai tibanya waktu sidang.

Berhubung skripsi dibuat oleh diri sendiri, bukan nyontek atau merupakan tindakan plagiat, maka saya mampu mempertahankan argumen dengan lancar. Saya lulus ujian sidang skripsi. Lolos dari lubang jarum.

Dengan itu saya mengabarkan kegembiraan kepada orang tua di kampung. Sayangnya, mereka tidak dapat hadir pada waktu acara wisuda. Biaya adalah hambatan utama.

Pak Bixby?

Hasil respirasi paru-paru para lulusan, dosen, asisten dosen, pegawai TU, dan tukang sapu memenuhi ruang aula. Pemimpin administratif yang juga pejabat tertinggi akademik menyampaikan pidato, meresmikan pelantikan wisudawan.

Dekan baru dilantik itu berdiri bangga di atas mimbar kehormatan, memberi aba-aba kepada para dosen di panggung untuk bertepuk tangan.

Keplokan demi keplokan membahana mengisi aula. Semua orang bergembira. Semua orang merayakan pelantikan.

Kecuali seorang dosen pembimbing skripsi. Mukanya masam. Matanya berkilat memandang saya, memendam dendam tiada berjeda.

Saya tersenyum menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun