Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kerupuk Melempem

11 Juni 2021   17:40 Diperbarui: 11 Juni 2021   18:10 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kerupuk adalah dokumen pribadi (dok. Budi Susilo)

Pada tebing-tebing cadas ditanam pipa-pipa bambu demi mengarahkan rembesan air steril. Sehari-hari warga mandi dan mencuci pada belik)* itu.

Sebelum sinar mentari menyelusup, pagi-pagi benar para penghuni rumah-rumah berdinding anyaman bambu melakukan ritual rutin. Membersihkan kotak persegi terbuat dari potongan bambu yang digantung pada kiri kanan boncengan sepeda dengan gelagar melintang. Papan kayu yang juga berfungsi sebagai talenan. 

Mereka menyesakinya dengan beberapa papan tempe berbungkus daun pisang. Tempe yang masih hangat. Tempe yang baru diangkat dari rak fermentasi.

Dusun teduh, tenang, dan tenteram itu merupakan sentra penghasil tempe terbaik.

Dengan memanfaatkan kejernihan air belik yang tidak ada habisnya, pengrajin mencuci, merendam, dan mengupas kulit ari kedelai dalam proses produksi tempe. Tata cara pembersihan yang menentukan peragian kedelai menjadi sempurna, sehingga menghasilkan tempe bermutu tinggi.

Pada pagi berkabut, konvoi pesepeda dengan kotak bambu berisi penuh tempe berangkat ke pasar, melewati jalan raya di depan perumahan. Aku kerap menghentikan salah satu pesepeda untuk membeli tempe.

Masih teringat aroma dan rasanya. Tempe padat, garing, dan gurih ketika digoreng. Sebelumnya, potongan persegi itu hanya dicelupkan kepada larutan ketumbar, bawang putih, dan garam. Tidak perlu bumbu pabrikan yang instan. Tidak perlu dibumbui dengan macam-macam racikan.

Tidak hanya itu. Di pinggir dusun terdapat industri penganan berbasis terigu dan tapioka. Di dalam rumah merangkap pabrik, terdapat dua atau tiga kuali besar penuh minyak goreng mendidih di atas kobaran tungku berbahan-bakar kayu.

Kerupuk persegi berwarna krem dan kerupuk bulat berjalin-jalin warna oranye atau putih yang telah ditiriskan dimasukkan ke dalam kaleng silinder besar.

Agak siang, rombongan pemikul dua kaleng silinder yang lebih besar dari tubuhnya itu berjalan kaki menuju para langganan, pedagang eceran, dan warung-warung.

Aku membeli kerupuk langsung dari pabrik. Bukan yang masih utuh, tetapi apkiran berupa patahan kerupuk yang sebagiannya masih keras alias gagal matang. Pecahan yang dianggap tidak layak jual bagi pasaran umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun