Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Resign

10 Maret 2021   10:05 Diperbarui: 10 Maret 2021   10:37 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Edmond Dants dari Pexels

Resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan merupakan hal yang lazim dilakukan di dalam dunia karier.

Di luar faktor bubarnya perusahaan, berikut disampaikan alasan yang melandasi kehendak untuk berhenti dari perusahaan, di antaranya:

  1. Perusahaan tidak memberikan ruang yang kondusif bagi pengembangan karier.
  2. Merasa jenuh dan bosan dengan rutinitas yang begitu-begitu saja, tanpa apresiasi berarti dari perusahaan, berupa kenaikan karir, pemberian rewards, dan penyegaran kembali (refreshing, outing).
  3. Lingkungan pekerjaan tidak nyaman, di mana persaingan sudah tidak sehat dan menimbulkan konflik antar sesama kolega bahkan dengan pimpinan.
  4. Hijrah, dari pegawai kemudian menjadi pengusaha atau terjun ke dunia wirausaha.
  5. Penawaran menggiurkan dari perusahaan lain, yang memberikan harapan lebih baik berupa: gaji lebih tinggi, tunjangan, fasilitas, dan sebagainya.

Nah, dalih terakhir kerap digunakan sebagai batu loncatan bagi pegawai untuk mengajukan pengunduran diri dari perusahaan.

Saya sendiri pernah mengalaminya, yaitu resign dari perusahaan pembiayaan lalu "terbang" ke kongsi usaha lain. Meskipun industrinya berbeda, namun konsorsium itu menawarkan penghasilan 3 kali lipat dari gaji semula, ditambah fasilitas dan posisi jauh lebih bagus.

Pada kesempatan lain, ada seorang pegawai hendak resign. Sebelum mengajukan surat pengunduran diri ia curhat, ada perasaan sungkan bila ia keluar dari perusahaan.

Staf pemasaran itu merasa tidak tenang, karena berkat didikan saya ia melejitkan pencapaian cemerlang, yang kemudian menarik perhatian perusahaan lain.

Lajang yang sempat berpacaran dengan aktor sinetron itu merupakan "titipan" dari pemilik perusahaan.

Pada awal bekerja, tidak tampak kemampuan yang menonjol. Mengoperasikan pengolah kata di komputer, masih berantakan. Padahal tugas tenaga pemasaran berhubungan dengan surat menyurat, ditambah pekerjaan spreadsheet sebagai laporan. Pokoknya tobat dah menghadapi gadis elok itu.

Terpaksa saya mengajarkan cara menggunakan perangkat lunak Microsoft Word dan Excel, secara bertahap, pelan-pelan penuh kelembutan. Kecerdasannya lah yang kemudian membuat kemampuannya berkembang pesat.

Di balik kelemahannya, lulusan diploma itu menyimpan potensi luar biasa, yaitu kemauan untuk belajar dan berkembang.

Dalam perjalanan berikutnya, gadis dengan rambut bergelombang menyentuh bahu itu menorehkan prestasi. Ia menjadi aset perusahaan yang berharga.

Kecemerlangan itulah yang menarik perhatian manajemen perusahaan sejenis.

Sesungguhnya saya mengenal baik General Manager (GM) kafe yang belum lama berdiri tersebut. Dengan itu, bisa saja saya menutup peluang, agar pegawai berprestasi dimaksud tidak pindah.

Saya membolehkan gadis berwajah khas wanita Indonesia itu untuk resign, dengan pertimbangan sebagai berikut:

  1. Perusahaan tujuan dianggap lebih baik. Kebetulan, kafe baru itu lebih besar dan dimiliki oleh pemodal yang bonafid, sehingga keberlanjutan usahanya terjamin.
  2. Sebaiknya tidak mengundurkan diri, jika hanya pindah perusahaan dengan kedudukan yang sama, meskipun mendapatkan tawaran gaji dan tunjangan lebih tinggi. Lebih baik menekuni karier di tempat asal.
  3. Apabila tempat tersebut menawarkan posisi yang lebih tinggi dibanding tempat semula, yang otomatis memperoleh renumerasi lebih baik pula. Saya rela melepaskannya, kendati dengan hati teriris. Hiks.

Ternyata tenaga pemasaran itu memperoleh tawaran untuk mengisi jabatan Marketing Manager. Untuk itu saya mengijinkannya resign dan segera memberikan Surat Referensi sebagaimana mestinya.

Sampai dengan beberapa waktu kemudian, terinformasi bahwa prestasi pegawai itu semakin cemerlang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan atasannya, GM yang lulusan lembaga pendidikan perhotelan (dahulu dikenal sebagai NHI) itu.

Jadi, paparan di atas menegaskan, bahwa resign diajukan dengan terlebih dahulu menimbang: penawaran di perusahaan lain memberikan posisi dan tanggung jawab lebih tinggi, bukan sekadar gaji lebih besar, tetapi posisi tetap sama.

Demikianlah pandangan disampaikan, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun